Kabinet Jokowi
Haris Azhar Sebut Ada Diskriminasi Hukum di Era Jokowi: Kalau Temannya Kasus Tidak Berlanjut
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Haris Azhar menduga adanya kepentingan politik atas bergabungnya Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Haris menilai, kasus Dahnil Anzar yang diduga terlibat dalam penyimpangan dana Apel dan Kemah Pemuda Kemenpora 2017 itu akan mandek di tengah jalan.
"Kayak Dahnil ini menurut saya akan untuk masuk ke kubu istana, maka kasusnya akan didrop, alhamdulillah sampai di situ buat dahnil," ucap Haris menyindir.
Terkait kondisi tersebut, Haris menyatakan banyak pihak yang mendekati penguasa untuk tujuan tertentu.
Misalnya untuk mendapatkan kekuasaan dan keberlanjutan politik orang yang bersangkutan.
"Menurut saya situasi seperti ini yang akhirnya menyandera bahwa orang masuk ke kubu penguasa dalam rangka kenyamanan, kekuasaan dan juga untuk membangun kapasitas keberlanjutan mereka dalam berpolitik," kata Haris menambahkan.
"Kalau begini ceritanya ini namanya tersandera."
Haris lantas menceritakan tentang pesan singkat yang ia terima dari seorang warga.
"Sekarang saya mau pakai logika warga, misalnya hari ini saya mendapat Whatsapp dari beberapa orang yang saya dampingi, yang melihat di TV si ini, si itu, dan menduga 'Pak Haris kenal, Bung Haris kenal, dan lain-lain, barangkali kasusnya nanti bisa dibicarakan ke orang-orang tersebut'," ucap Haris.
"Menurut saya, ada krisis akses upaya pemulihan bagi para warga yang mengalami kerugian, penderitaan mencari keadilan."
• Sosok Menteri Kesehatan Baru Dokter Terawan, Langganan Prabowo hingga Pernah Tuai Kontroversi
• Soal Rekonsiliasi Prabowo dan Jokowi, Haris Azhar Singgung Pertemuan di MRT dan Makan Nasi Goreng
Ia lantas menyoroti tentang perpindahan para elite politik dari kubu satu ke kubu lain.
"Nah, konstalasi-konstalasi pemindahan elite kubu sana ke kubu sini, gabung sana gabung ke sini, dia tidak mempresentasikan bagaimana untuk mengefektifkan institusi-institusi atau mekanisme atau aturan yang sudah kita punya," ungkapnya.
Menurutnya, alasan para elite politik yang bergabung ke kubu lain untuk menguatkan pemerintahan itu sama sekali tak relevan.
Haris menyatakan yang bersatu hanya para elite politik, bukan bangsa Indonesia.
"Yang kelihatan adalah soal bagaimana ini gabung, menguatkan pemerintahan, sampai situ yang dibangun hnaya naraasi soal persatuan, ini yang bersatu elite, bukan kita bangsa yang bersati," ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat saat ini masih berada di bawah para elite politik.