Menkopolhukam Wiranto Diserang
Dandim Kendari Dicopot karena Unggahan Istri, Mantan Kapuspen TNI: Itu Bentuk Tanggung Jawab Suami
Iskandar Sitompul memberikan tanggapannya terkait pencopotan jabatan Dandim Kendari, Kolonel Kav Hendi Suhendi.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Iskandar menjelaskan, Kolonel Hendi selaku komandan seharusnya bisa mengawasi tingkah laku sang istri.
"Itu nanti kalau kita lihat ada tinjauan atau dua yang kita lihat, kita lihat suaminya, kita lihat istrinya, yang kita lihat ini kan sekarang komandan bertanggungjawab pada keluarganya," ucap Iskandar.
Ia menilai, pencopotan jabatan itu merupakan bentuk tanggungjawab Dandim Kendari atas perbuatan sang istri.
"Tentunya karena dia tidak mengawasi istrinya, tidak bisa mengawasi anak-anaknya, suami itu bertanggungjawab penuh," imbuh Iskandar.
Selaku istri seorang Dandim, Irma Nasution disebut Iskandar seharusnya dapat memberikan contoh pada bawahannya yang tergabung dalam organisasi persatuan istri tentara (Persit).
"Istri dari oknum (Dandim) dia (Irma) itu otomatis di daerahnya di Kendari dia merupakan ketua, dia adalah panutan di sana," tutur Iskandar.
"Kalau dia panutan dia (Irma) harus memberikan pembinaan pada bawahannya semuanya."
• Eks Dandim Kendari yang Kehilangan Jabatan: Saya dan Keluarga Ikhlas Menerima Keputusan Komandan
• Dandim Kendari Dicopot karena Postingan Istri, Inilah UU dan Sapta Marga TNI sebagai Dasar Hukum
Lebih lanjut Iskandar menyatakan, istri Dandim biasanya melakukan pembinaan kepada istri anggota TNI lainnya.
"Komandannya kadang-kadang ada waktu juga jam pembinaan kepada ibu-ibu Persit, ibu-ibu Jalasenastri (Istri TNI Angkatan Laut), dia (Irma) memberikan (pembinaan) semuanya," ungkap Iskandar.
Menurutnya, perbuatan Irma Nasution yang dianggap menghina Wiranto melalui media sosial itu merupakan tindakan yang keliru.
Hal itu disebut Iskandar bisa mmbuat istri TNI lainnya memiliki pemikiran yang sama dengan Irma.
"Sehingga kalau ada di sini katakanlah tanda petik budayanya atau penghinaan atau sudah ada pergeseran-pergeseran ini harus kembali ke jalan yang benar, tapi ini kan tidak," ucap Iskandar.
Lebih lanjut Iskandar mengatakan, kini sebanyak 3 persen prajurit TNI sudah terpapar paham radikalisme.
"Yang paling menarik itu TNI tidak mau resiko, contohnya Menhan (Menteri Pertahanan) Pak Ryanmizard sudah mengatakan waspada ada TNI 3 persen yang sudah tercemar atau terpapar (radikalisme)," ungkap Iskandar.
"Ini kita mengetahui bahwa tentara dan polisi adalah benteng terakhir negara ini, bagaimana kalau ini terus berlanjut, siapa yang jadi benteng Negara Kesatuan RI yang kita banggakan ini."