Breaking News:

Gerakan 30 September

Kisah Amelia Yani, Putri Jenderal Achmad Yani yang Berjuang Obati Luka Batin G30S selama 20 Tahun

Putri Pahlawan Revolusi, Jenderal Achmad Yani, Amelia Achmad Yani, pernah menceritakan kisahnya dalam mengobati luka batin karena memori G30S 1965.

Editor: Mohamad Yoenus
Kolase/Kompas.com dan Wikimedia/Tribunnewswiki
Amelia Yani, putri dari Pahlawan Revolusi, Jenderal Achmad Yani yang terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September 

"Bayangkan, inflasi sampai 600 persen. Kita miskin dan miskin, Tapi, kita miskin lagi kemudian, tahun 1998. Jadi, saya ingin bangsa ini belajar dari semua kejadian yang pernah kita alami. Kalau mereka (generasi sesudah itu) tidak mengalami, kita tulis, supaya mereka tahu dalam sejarah,"

"Di situ saya mulai mengenal mereka. Memang, sebetulnya, kalau bertemu (dengan para keturunan dari pihak yang berseberangan), ketawa-ketawa ya,"

"Tapi, kalau (ada dari) mereka bilang, 'Lubang Buaya itu enggak ada, sejarah itu bohong semua', itu kami marah. Jadi, kapan kita mau damai? Tapi, kalau yang di Pulau Buru, (mula-mula) mereka takut melihat saya. Saya datang, (mereka) takut,

Orangtua mereka juga melihat. Tapi, ketika saya bilang, "Saya datang ke sini kan saya juga anak korban," langsung mereka keluar (rumah) semua, (suguhan minuman) teh keluar, tadinya mereka enggak mau keluar. Terus, saya lihat, anak-anak itu tidak berbuat apa-apa. Ada Karang Taruna, enggak punya apa-apa,"

"Lalu, saya belikan organ (keyboard) dan mereka mulai ngamen (main musik dan menyanyi), punya uang, terus cerita sama saya. Itu membuat saya senang." jelasnya.

Komentar Amelia Soal Rekonsiliasi

Pertemuannya dengan anak-anak dari pihak yang berseberangan, membuat Amelia semangat agar rekonsiliasi segera terwujud.

Menurutnya, rekonsiliasi dapat terwujud antarmanusia, antarindividu, dan tidak adanya campur tangan pemerintah.

"Itu yang harus dibuat secara nasional, bahwa rekonsiliasi bisa terwujud antarmanusia, antarindividu. Kami siap (untuk) rekonsiliasi, tapi tidak dengan campur tangan pemerintah. Kalau ada campur tangan pemeritah, malah ora dadi (tak jadi)." ujar Amelia

Amelia mengaku bahwa dirinya bisa menerima hal itu.

"Saya bisa menerima itu. Entah orang lain berpendapat seperti apa. Kalau saya, bisa. Mereka mengalami lebih parah. Jadi, waktu kami (Amelia dengan salah seorang anak tokoh Dewan Revolusi Indonesia) bertemu untuk pertama kali, lain ya sorot matanya,"

"Terus dia bilang, "Saya kepengin ketemu sama Mbak Amelia," saya dengerin ceritanya. Saya pikir, kasihan juga. Tapi, saya mengalami (sebagai anak yang ayahnya menjadi korban)," jelasnya.

"Tapi, bapak kamu (tokoh Dewan Revolusi Indonesia itu) yang melakukan. Itulah yang terjadi,"

"Dan, dia menangis, bisa bercerita kepada saya. Waktu ayahnya tertangkap, dua jam sebelum ditembak mati, boleh ketemu keluarganya. Terus, dikubur di sebuah tempat, di hutan, hanya dikasih kotak semen (makamnya disemen berbentuk segi empat) dan tanpa nama,"

"Jadi, anak-anaknya terus mencari, kira-kira di sebelah mana (makam ayah mereka),"

"Apa pun, darah itu kan darah orangtuanya ya,"

"Di situ saya merasa bahwa sebagai anak pahlawan, orang di mana pun, parpol, menyambut saya seperti kedatangan Pak Yani gitu. (Padahal) Saya cuma anaknya. Tapi, seperti itulah keadaan kita." ungkap Amelia

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul 20 Tahun Mengobati Luka Batin G30S, Inilah Kisah Amelia Yani, Putri Jenderal Achmad Yani

Sumber: TribunnewsWiki
Tags:
Gerakan 30 SeptemberJenderal Achmad YaniLubang BuayaPahlawan Revolusi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved