Gerakan 30 September
Kisah Amelia Yani, Putri Jenderal Achmad Yani yang Berjuang Obati Luka Batin G30S selama 20 Tahun
Putri Pahlawan Revolusi, Jenderal Achmad Yani, Amelia Achmad Yani, pernah menceritakan kisahnya dalam mengobati luka batin karena memori G30S 1965.
Editor: Mohamad Yoenus
"Itulah belajar. Saya banyak bergaul dengan petani. Saya ke Bukit Menoreh. Kalau orang ingat (buku seri) Api di Bukit Menoreh, saya sudah sampai di ujungnya, di Puncak Suryoloyo itu. Waktu malam 1 Suro, mereka semua (warga) ke puncak gunung. Dan, saya sudah di sana, saya sudah ke mana-mana," ungkap Amelia
Setelah 20 tahun berlalu, Amelia dan anaknya kemudian pindah kembali ke Jakarta.
"Dan setelah tinggal di desa 20 tahun lebih sedikit, anak saya manggil. Katanya, enggak cocok di situ. Jadi, saya meninggalkan dusun, balik lagi ke kota, Jakarta," kata Amelia
Amelia juga mengaku pernah ikut serta dalam kontestasi politik di daerah Purworejo, Jawa Tengah. Namun demikian, ia gagal dan kembali pada aktivitas menulisnya.
"Di situ mulai satu jalan yang lain lagi. Partai politik (parpol), semua mulai masuk. Mau jadi bupati (Purworejo, Jawa Tengah), ndak berhasil. Sudah menang, tapi dikalahkan dengan drastis,"
"Uang habis. Pokoknya, mengalami semuanya, yang membuat saya menjadi matang, mungkin. Lalu, menulis lagi, menulis lagi,"
"Ketika saya sendirian, saya menulis lagi, saya menulis lagi."
• Film G30S/PKI Akan Dibuat Versi Milenial, Putri AH Nasution Tak Setuju
Amelia Membincang Anak-Anak dari Pihak Seberang.
Ketika ditanya apakah dirinya mengetahui bahwa anak-anak dari pihak yang berseberangan dengan keluarganya, yaitu pihak pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI), Amelia menuturkan bahwa ia sudah sering bertemu dengan anak dari pimpinan maupun beberapa orang dari peristiwa Gerakan 30 September.
"Keluarga saya delapan bersaudara. Adik saya, Mas Untung, Mas Edi, mungkin belum bisa menerima (Achmad Yani menjadi korban gugur dalam peristiwa G30S PKI). Saya terbawa situasi di mana tiba-tiba ada teman-teman datang ngajakin saya ketemu anak (Brigadir Jenderal) Soepardjo (Wakil Ketua Dewan Revolusi Indonesia), anak DN Aidit, anak (Marsekal Madya) Omar Dhani, yang dalam Gerakan 30 September ada di seberang sana. Kami di sebelah sini. In a way, dalam hal tertentu, saya diuntungkan. Kan saya anak pahlawan revolusi,"
Amelia juga menuturkan bagaimana anak-anak dari pihak PKI sempat dituduh anak pengkhianat, serta dituduh juga sebagai PKI.
Di momen ini Amelia mengaku merasa mengerti bahwa anak pelaku bukanlah pelaku itu sendiri
"(Di lain pihak) mereka mengatakan, "Kami (anak dari orangtua yang anggota PKI) anak pengkhianat, (selalu disebut), 'Kamu PKI, kamu PKI',"
"Mereka menceritakan kepada saya bagaimana sulitnya menjadi anak yang orangtuanya pengkhianat. Di situ saya mulai bisa mengerti, karena mereka (anak pelaku) bukan pelaku. Lalu saya pergi ke Pulau Buru (Maluku), saya melihat seberapa kehidupan di sana. Pulau Buru sudah menjadi lumbung padi di Maluku, kan orang Jawa banyak dipindah ke sana. Di Pulau Buru sebenarnya dulu memang sulit,"
"Siapa sih yang enggak sulit? Semua mengalami kesulitan,"