Demo Tolak RKUHP dan RUU KPK
Mahasiswa Unibos Terlindas Kendaraan Taktis Polisi saat Demo, Begini Kondisinya
Sebuah kendaraan taktis (rantis) polisi jenis raisa (pengurai massa) melindas seorang mahasiswa saat bentrokan antara aparat polisi dengan demonstran.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Sebuah kendaraan taktis (rantis) polisi jenis raisa (pengurai massa) melindas seorang mahasiswa saat bentrokan antara aparat polisi dengan pengunjuk rasa di sekitar Jalan Urip Sumoharjo, Kecamatan Panakukang, Makassar, Jumat (27/8/2019) malam.
Mahasiswa tersebut bernama Dicky Wahyudi yang berkuliah di Universitas Bosowa (Unibos) Makassar angkatan 2018.
Dicky kini masih berada di kamar operasi Rumah Sakit Ibnu Sina setelah mengalami kritis sejak Jumat malam.

• Ketua MPR Zulkifli Hasan: Pertimbangan Penerbitan Perppu KPK juga Hasil dari Aspirasi Mahasiswa
Kapolda Sulsel Irjen Pol Mas Guntur Laupe datang langsung menjenguk korban, Sabtu (28/9/2019) pagi. "Benar, mahasiswa namanya Dicky.
Saya sudah ketemu orangtuanya," kata Guntur, saat diwawancara di Rumah Sakit Ibnu Sina.
Guntur mengatakan, petugas yang mengendarai mobil raisa tersebut sedang diperiksa pihaknya.
Saat ini, Kapolda Sulsel masih melakukan pertemuan dengan pihak Rumah Sakit Ibnu Sina.
"Semua biaya perawatan akan kami tanggung," kata Guntur.
Peristiwa mobil polisi lindas mahasiswa merupakan buntut dari kericuhan saat aksi di bawah fly over Makassar, Jumat sore.
Untuk memukul mundur massa, polisi berkali-kali menembakkan gas air mata ke arah massa yang hendak menerobos kantor DPRD di Jalan Urip Sumoharjo, Kecamatan Panakukang, Makassar.
"Sudah, berhenti, jangan anarkis, hei," ujar salah seorang polisi melalui pengeras suara.
• Berduka atas Tewasnya Mahasiswa saat Demo, Ketua DPR Bambang Soesatyo: Peluru Bukan dari Polisi
Mahasiswa Tewas
Yusuf Kardawi (19), mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sulteng) dinyatakan meninggal dunia setelah dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Bahertamas, Jumat (27/9/2019).
Sebelum dinyatakan meninggal dunia, Yusuf Kardawi sempat kritis dan menjalani serangkaian operasi.
Yusuf Kardawi adalah satu di antara mahasiswa yang menjadi korban dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019).
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (27/9/2019), Yusuf Kardawi dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (27/9/2019) pukul 04.00 WITA.
Yusuf Kardawi meninggal dunia karena mengalami luka yang cukup parah pada bagian kepala.
Plt Direktur RS Bahteramas Kendari, dokter Sjarif Subijakto mengungkapkan pihaknya telah mengupayakan penanganan secara maksimal terhadap mahasiswa D3 juruan teknik sipil UHO itu.
"Iya, pasien Muhammad Yusuf Kardawi (19) yang menjalani perawatan intensif pasca dioperasi di RSU Bahteramas Kendari, Sultra, meninggal dunia sekitar pukul 04.00 WITA," kata Sjarif, Jumat (27/9/2019).
Sebelumnya, Sjarif mengungkapkan Yusuf sudah dalam kondisi kritis saat dibawa ke rumah sakit.
Ia menuturkan, Yusuf mengalami benturan dan beberapa luka di kepala.
"Pas masuk di sini sudah koma, dan sampai sekarang kondisinya juga koma dan sementara dirawat," ujar Sjarif.
Saat operasi, Sjarif menyebut Yusuf membutuhkan banyak tambahan darah karena luka di kepalanya tak beraturan posisinya.
Sjarif mengaku belum dapat memastikan luka di kepala Yusuf disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul.
Yusuf awalnya dibawa sejumlah rekannya ke RS Ismoyo Kendari setelah tak sadarkan diri saat aksi unjuk rasa menolak UU KPK dan RKUHP.
Namun karena kondisinya kritis, Yusuf akhirnya dirujuk ke RSUD Bahteramas.
Selain Yusuf Kardawi, terdapat satu korban tewas lainnya dalam aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh itu.
Immawan Randy (21), mahasiswa Fakultas Pertanian dan Kelautan Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), tewas setelah mengalami luka tembak pada dada sebelah kanan.
Dikutip TribunWow.com dari TribunTimur.com, Kamis (26/9/2019), Immawan Randy tewas setelah terkena tembakan saat melakukan demonstrasi di depan Gedung DPRD, Sulawesi Tenggara.
Ia sempat mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit (RS) Ismoyo, Kendari.
Immawan Randy dibawa ke rumah sakit oleh sejumlah rekannya pada pukul 15.30 WITA.
Namun, Ia dinyatakan tewas pada pukul 15.45 WITA.
"Korban dibawa sudah dengan kondisi terluka di dada sebelah kanan selebar 5 cm, kedalaman 10 cm akibat benda tajam," kata Yudi Ashari, dokter RS Ismoyo, seperti dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Kamis (26/9/2019).
"Luka tembak, belum bisa dipastikan peluru karet atau peluru tajam," lanjutnya.
Dokter Yudi mengungkap pihaknya akan melakukan autopsi terhadap jenazah mahasiswa semester 7 itu untuk mengetahui jenis peluru yang bersarang di dadanya.
"Udara terjebak di dalam rongga dada atau nemotorax, sehingga menyebabkan korban meninggal dunia," ujar Yudi.
Terkait mahasiswa UHO yang tewas tertembak, Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart menyebut pihaknya hanya membekali aparat kepolisian yang bertugas dengan tameng, water canon dan gas air mata.

Ia mengaku aparat kepolisian yang berjaga di depan Gedung DPRD Sultra tak dibekali senjata api
"Anggota tidak pakai peluru tajam, peluru karet maupun peluru hampa dalam pengamanan aksi hari ini," kata Harry, Kamis (26/9/2019).
"Untuk cari penyebab korban meninggal dunia masih kita tunggu hasil otopsi di RS Kendari."
Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Sultra pada Kamis (26/9/2019) berakhir ricuh.
Unjuk rasa tersebut merupakan bentuk penolakan masyarakat Kendari terhadap RUU KPK dan RKUHP.
Bentrokan antara aparat polisi dengan demonstran bermula ketika Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Saleh, dan Wakil Ketua, Nursalam Lada dan Herry Asiku hendak menemui massa aksi unjuk rasa.
Mereka menuju gerbang Gedung DPRD Sultra untuk bertemu dengan perwakilan aksi unjuk rasa.
Namun, terdapat perbedaan pendapat antara anggota DPRD Sultra itu saat berdiskusi dengan perwakilan demonstran.
Perwakilan massa unjuk rasa lalu melakukan orasi di atas sebuah truk.
Melihat aksi itu, Abdurrahman Saleh dan beberapa anggota DPRD Sultra lantas ikut menaiki truk itu.
Mereka berusaha menenangkan massa dengan melakukan orasi, namun gagal.
"Saya mau naik di situ, tapi sebelum naik saya mau dengar aspirasi kalian," kata Abdurrahman.
Tiba-tiba, massa aksi unjuk rasa mendesak masuk ke Gedung DPRD Sultra, namun dihalau oleh polisi.
Bentrokan antara massa dengan aparat kepolisian pun tak dapat dihindari.
Aparat kepolisian yang bertugas lantas berusaha menghalau massa dengan menyemprotkan gas air mata.
Namun, massa justru semakin nekad melempari gedung DPRD Sultra dengan menggunakan batu.
Tak hanya itu, massa juga melempar batu ke arah polisi.
Akibat kejadian itu, terdapat sejumlah aparat kepolisian dan mahasiswa yang mengalami luka.
Gedung DPRD Sultra juga mengalami kerusakan yang cukup parah akibat di lempari batu.
Sejumlah motor staf DPRD Sultra pun hangus dibakar massa.
(Kompas.com/Himawan/TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kendaraan Taktis Polisi Lindas Mahasiswa Unibos Saat Unjuk Rasa"