Bencana Kabut Asap Karhutla
Ini Cara Membuat Hujan Buatan untuk Mencegah Kebakaran Hutan Meluas, Bawa Berton-ton Semai Garam
Hujan buatan menjadi satu di antara cara pemerintah mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau dan Sumatera meluas
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Hujan buatan menjadi satu di antara cara pemerintah mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau dan Sumatera meluas.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo membeberkan cara pihaknya membuat hujan buatan.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Agus Wibowo mengatakan, pemerintah telah menyiapkan tiga pesawat untuk teknologi modifikasi cuaca (TMC).
"Untuk antisipasi karhutla agar tidak tambah banyak dan tambah luas, maka pemerintah menyiagakan 3 pesawat untuk teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan," ungkap Agus Wibowo melalui keterangan tertulis, Minggu (15/9/2019).
• Soal Kabut Asap, Anggota Dewan Malaysia Minta Jangan Saling Menyalahkan dan Sarankan Tiru Singapura
Kendati demikian, hujan buatan masih menunggu adanya awan yang berpontesial hujan.
Jika awan sudah terdeteksi, maka pesawat bisa diterbangkan.
"Tim masih menunggu sampai pertumbuhan awan potensial cukup banyak dan kemudian dilakukan operasi TMC," jelasnya.
Kemudian, pesawat akan mengeluarkan bahan semai yang terdiri dari semai garam NaCl.
"Saat pesawat terbang sampai di awan yang potensial hujan maka petugas membuka keran dan garam akan keluar melalui pipa untuk menaburi awan dengan garam."
"Bahan semai garam NaCl akan mengikat butiran-butiran air dalam awan, kemudian menggumpal menjadi berat dan akhirnya jatuh menjadi hujan," tutur dia.

• Soal Kabut Asap, Anggota Dewan Malaysia Minta Jangan Saling Menyalahkan dan Sarankan Tiru Singapura
Sementara itu, tiga pesawat yang telah disiapkan pemerintah antara lain:
1. Cassa 212-200 dengan kapasitas 1 ton.
2. Pesawat CN 295 berkapasitas 2,4 ton.
3. Pesawat Hercules dengan kapasitas 5 ton.
Dikutip dari Tribunnews, Satelit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, ada 73 titik api di Riau hingga Senin (16/9/2019).
Dengan rincian Kabupaten Rokan Hilir 40 titik, Pelalawan 12 titik, Inhil 6 titik, Dumai 5 titik, Inhu dan Kuansing masing-masing 3 titik dan Kampar bersama Bengkalis masing-masing 2 titik.
Sedangkan di provinsi lain masih terpantau 423 titik, Jambi 60 titik, Babel 58 titik, Lampung 55 titik, Kepri 18 titik, Sumut 8 titik, Sumbar 4 titik dan Bengkulu 2 titik.
• Dampak Kabut Asap di Kalbar, Jemaah Haji Batal Mendarat hingga Sekolah Diliburkan
Puluhan Ribu Warga Kalsel Terserang ISPA
Selain di Riau, bencana kabut asap juga terasa di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Dampak dari asap yang harus dihirup masyarakat Kalimantan Selatan membuat puluhan ribu terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Data Dinas Kesehatan Kalsel, sudah 20.000 warga yang terserang ISPA, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu (15/9/2019).
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, HM Muslim, menyebutkan dari Bulan Agustus dan pertengahan Bulan September menjadi catatan terparah.
"Ini terus meningkat, Agustus hingga pertengahan bulan ini yang paling banyak laporannya masuk," ujar Muslim.
Disebutkannya, bahwa warga mengatakan rata-rata mengeluh batuk dan sesak napas.
"Laporan dari kawan-kawan di kabupaten dan kota, kebanyakan warga yang memeriksakan diri ke Puskesmas mengeluhkan batuk dan sesak nafas," ujar Muslim.
• Media Internasional Soroti Masalah Kabut Asap, Indonesia Dibandingkan dengan Malaysia soal Titik Api

Dan saat ini ada empat kabupaten dan kota yang warganya paling banyak menderita ISPA
Yakni Hulu Sungai Utara, Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Kota Banjarbaru.
Pihaknya pun menghimbau agar masayarakat tak beraktifitas di luar rumah.
"Kualitas udara kita sudah menghawatirkan, sebaiknya warga mengurangi aktifitas di luar rumah," ucapnya.
Dan untuk melakukan penanganan masayarakat yang menderita ISPA, pihaknya telah membuka pelayanan kesehatan 24 jam.
"Untuk daerah-daerah yang parah, yang tinggi kasus ISPA, kita minta Puskesmas di sana buka 24 jam," tutur Muslim.
(TribunWow.com/Mariah Gipty/ Roifah Dzatu Azmah)