Terkini Nasional
Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif dan Prasasti Tiruan, Arkeolog: Tidak Mengakui Indonesia
Budayawan Ridwan Saidi sebut Kerajaan Sriwijaya hanya dongeng dan prasasti yang ada di Sumatera hanya kopian. Arkeolog sebut cari sensasi.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Diketahui, saat ini Champa adalah negara Vietnam.
"Champa ibu kotanya Wijaya, mereka mengatakan Sriwijaya, Wijaya yang manis, Sri kan artinya manis, yang indah," tuturnya.
• Ternyata Ini Alasan Natalius Pigai Tentang Keras Hukuman Kebiri, di ILC: Dengar Dulu, Kami Sampaikan
Soal prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ada di Indonesia, Ridwan Saidi menyebutnya hanya tiruan.
"Mereka membuat prasasti, prasasti sekitar tujuh yang ditemukan di Sumatera bagian selatan dan Bangka, itu prasasti kembaran."
"Jadi ada prasasti dibikin dua kopi kalau kayak kita, (ditaruh) di daerah Sumatera bagian selatan, Jambi, dan Bangka. Itu karena di situ ada komunitas Champa," terangnya.
Ridwan Saidi menyebut prasasti itu dibuat kopiannya di Indonesia dengan tujuan agar orang Champa yang ada di sana tetap mengingat nenek moyangnya.
Berikut video lengkapnya (menit ke-2.05):
• Di ILC, KPPPA Jelaskan Awal Munculnya Hukuman Kebiri, Sebut Banyak Kasus Serius yang Terjadi
Sementara itu, Retno Purwati mengimbau agar masyarakat lebih kritis dan tidak menelan mentah-mentah apa yang dikatakan Ridwan Saidi.
Retno Purwati menganggap pernyataan Ridwan Saidi hanyalah lelucon.
“Saya kira begini era medsos itu kan kita juga harus kritis, kita lihatlah yang berkomentar itu siapa."
"Kalau yang berkomentar bukan sejarawan, bukan arkeolog ya sudah anggap saja itu sebagai lelucon, enggak usah ditanggapi,” ujar Retno Purwati.
Retno Purwati menganggap pernyataan Ridwan Saidi tak perlu dipikirkan serius.
"Mungkin cari sesuatu (sensasi) atau apalah, enggak usah ditanggapi terlalu serius. Apalagi pernyataan itu kan enggak lengkap ya, jadi saya pikir kalau ditanggapi buat capek saja," tuturnya.
Bahkan Retno Purwati beranggapan bahwa ucapan Ridwan Saidi itu tidak mengakui sejarah yang sama saja tidak mengakui Indonesia.
"Kalau tidak mengakui sejarah, sama saja tidak mengakui Indonesia kita dong. Ini juga menghilangkan sejarah Indonesia,” jelas Retno Purwati.
(TribunWow.com/Ifa Nabila)
WOW TODAY: