Terkini Nasional
Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif dan Prasasti Tiruan, Arkeolog: Tidak Mengakui Indonesia
Budayawan Ridwan Saidi sebut Kerajaan Sriwijaya hanya dongeng dan prasasti yang ada di Sumatera hanya kopian. Arkeolog sebut cari sensasi.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Baru-baru ini budayawan Ridwan Saidi menyebut Kerajaan Sriwijaya hanyalah fiktif serta prasasti Sriwijaya yang ada di Indonesia hanyalah tiruan.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Rabu (28/8/2019), menanggapi pernyataan Ridwan Saidi, arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwati menganggap Ridwan tidak mengakui sejarah dan tidak mengakui Indonesia.
Awalnya, pernyataan kontroversial Ridwan Saidi itu diucapkan dalam wawancara dengan Vasco Ruseimy dalam kanal YouTube Macan Idealis, Minggu (25/8/2019).
Ridwan Saidi mengawali kisah penemuan Kerajaan Sriwijaya adalah fiktif dengan kisah seorang pengelana bernama Yu Jing pada abad ketujuh.
"Kaisar Tiongkok pada saat itu memanggil Yi Jing, Yi Jing adalah seorang pengelana," ujar Ridwan Saidi.
• Viral Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Berikut Fakta dan Bantahan dari Ahli

Menurut Ridwan Saidi, saat itu Yi Jing diminta raja untuk mencari tahu keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang disebut menenggelamkan kapal dagang milik Tiongkok.
"Yi Jing itu diminta oleh raja untuk mencari di mana lokasi Sriwijaya, karena kapal dagang Tiongkok semua terbenam di laut, di sekitar Teluk Benggala sampai Selat Malaka," ujarnya.
Akhirnya Yi Jing menghabiskan 25 tahun hidupnya untuk mencari keberadaan Kerajaan Sriwijaya.
Sesampainya di Kedah, Malaysia, Yi Jing diberitahu penduduk asli bahwa Kerajaan Sriwijaya tidak ada dan hanya nama bajak laut.
"'Yi Jing, Sriwijaya punya kerajaan itu tak adalah di dekat sini, itu adalah di Koromandal, Pantai Timur India'," kata Ridwan Saidi menirukan perkataan orang Kedah.
"'Itu adalah bukan kerajaan, itu adalah bajak laut'," imbuhnya.
• Dianggap Ngawur, Budayawan Ridwan Saidi Terancam Dipolisikan karena Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif
Akhirnya Yi Jing pergi ke Koromandal bertemu dengan suku Wijaya Raya yang ternyata memang benar menenggelamkan kapal Tiongkok.
"Yi Jing pergi ke Koromandal, ia berjumpa dengan orang Wijaya Raya, suku bangsanya namanya Wijaya Raya."
"Yi Jing meng-interview mereka, mereka mengaku memang mereka mengganggu kapal-kapal Tiongkok," terang Ridwan Saidi.
Setelah kembali melanjutkan perjalanan, Yi Jing sampailah di Champa yang ternyata memiliki ibu kota bernama Wijaya atau Sriwijaya.
Diketahui, saat ini Champa adalah negara Vietnam.
"Champa ibu kotanya Wijaya, mereka mengatakan Sriwijaya, Wijaya yang manis, Sri kan artinya manis, yang indah," tuturnya.
• Ternyata Ini Alasan Natalius Pigai Tentang Keras Hukuman Kebiri, di ILC: Dengar Dulu, Kami Sampaikan
Soal prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ada di Indonesia, Ridwan Saidi menyebutnya hanya tiruan.
"Mereka membuat prasasti, prasasti sekitar tujuh yang ditemukan di Sumatera bagian selatan dan Bangka, itu prasasti kembaran."
"Jadi ada prasasti dibikin dua kopi kalau kayak kita, (ditaruh) di daerah Sumatera bagian selatan, Jambi, dan Bangka. Itu karena di situ ada komunitas Champa," terangnya.
Ridwan Saidi menyebut prasasti itu dibuat kopiannya di Indonesia dengan tujuan agar orang Champa yang ada di sana tetap mengingat nenek moyangnya.
Berikut video lengkapnya (menit ke-2.05):
• Di ILC, KPPPA Jelaskan Awal Munculnya Hukuman Kebiri, Sebut Banyak Kasus Serius yang Terjadi
Sementara itu, Retno Purwati mengimbau agar masyarakat lebih kritis dan tidak menelan mentah-mentah apa yang dikatakan Ridwan Saidi.
Retno Purwati menganggap pernyataan Ridwan Saidi hanyalah lelucon.
“Saya kira begini era medsos itu kan kita juga harus kritis, kita lihatlah yang berkomentar itu siapa."
"Kalau yang berkomentar bukan sejarawan, bukan arkeolog ya sudah anggap saja itu sebagai lelucon, enggak usah ditanggapi,” ujar Retno Purwati.
Retno Purwati menganggap pernyataan Ridwan Saidi tak perlu dipikirkan serius.
"Mungkin cari sesuatu (sensasi) atau apalah, enggak usah ditanggapi terlalu serius. Apalagi pernyataan itu kan enggak lengkap ya, jadi saya pikir kalau ditanggapi buat capek saja," tuturnya.
Bahkan Retno Purwati beranggapan bahwa ucapan Ridwan Saidi itu tidak mengakui sejarah yang sama saja tidak mengakui Indonesia.
"Kalau tidak mengakui sejarah, sama saja tidak mengakui Indonesia kita dong. Ini juga menghilangkan sejarah Indonesia,” jelas Retno Purwati.
(TribunWow.com/Ifa Nabila)
WOW TODAY: