Rusuh di Papua
Batasi Jaringan Internet Pasca-kerusuhan di Manokwari, Hoaks di Papua Tetap Tersebar Melalui SMS
Pihak Kominfo memutuskan untuk melakukan pembatasan jaringan internet di Papua. Namun ternyata kabar hoaks juga tetap tersebar di media sosial.
Penulis: AmirulNisa
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Baginya media sosial memiliki sisi baik dan buruk dalam masyarakat.
• Minta Polisi Segera Tangkap Provokator Rusuh di Papua, Warga Fakfak Kibarkan Merah Putih
“Media sosial betul-betul bisa memberikan value added bagi masyarakat di era demokrasi. Namun di satu sisi bisa juga menyebabkan potensi disintegrasi bangsa seperti yang terjadi di Surabaya, hingga merembet ke beberapa tempat hingga Makassar dan Papua," ucap Niken.
Ia juga mengajak masyarakat untuk menghentikan penyeraban berita tidak jelas, terlebih berita bohong atau hoaks.
“Ini (berita bohong di media sosial) harus dihentikan. Kita harus membersihkan media sosial dari potensi yang mendeskreditkan pihak-pihak tertentu yang berujung pada disintegrasi bangsa,” ucap Niken.
Sebelumnya, aksi unjuk rasa yang berjung rusuh di Manokwari dan Jayapura, merupakan imbas dari adanya berita bohong atau hoaks.
• Kecam Rasisme, Paguyuban Keluarga Jawa Timur di Manokwari: Cucu Saya bahkan Sudah Berdarah Papua
Untuk itu di hari kerusuhan terjadi yaitu Senin (19/8/2019) pihak Kominfo memutuskan untuk mengurangi jaringan internet.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu(25/8/2019), Plt Kepala Humas Kemkominfo Ferdinandus Setu mengatakan ada dua kabar bohong yang harus dicegah.
Kabar bohong atau hoaks pertama yaitu mengenai foto warga Papua yang tewas dipukul aparat di Surabaya.
Lalu kabar hoaks lainnya adalah munculnya pesan yang berisi informasi, bahwa Polres Surabaya telah menculik dua orang pengantar makanan untuk mahasiswa Papua.
Munculnya dua kabar bohong tersebut disebut mampu menyulut emosi dan perlu ditanggulangi.
Jalan yang ambil pemerintah dengan mengurangi jaringan internet.
(TribunWow.com)
WOW TODAY: