Politik Pascapilpres
Juru Bicara FPI Sebut PA 212 Tak Tertarik dengan Politik Nasi Goreng dan Nasi Uduk hingga Bagi Kursi
Juru bicara (Jubir) FPI, Munarman beberkan posisi Presidium Alumni (PA) 212 kejelasan gerakan setelah pertemuan Gondangdia dan Teuku Umar.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Juru bicara (Jubir) Front Pembela Islam (FPI), Munarman beberkan posisi Presidium Alumni (PA) 212 kejelasan gerakan setelah pertemuan Gondangdia dan Teuku Umar.
Munarman menegaskan PA 212 tak berpihak pada Gondangdia maupun dengan Teuku Umar.
Hal itu Munarman ungkapkan melalui acara 'Indonesia Lawyers Club (ILC)' unggahan kanal Youtube Indonesia Lawyers Club pada Selasa, (30/7/2019).
Gondangdia disebut sebagai istilah untuk menunjukkan pertemua antara Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh.
Sedangkan, Teuku Umur disebut sebagai istilah untuk menunjukkan pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri.
• Rocky Gerung Ungkap Makna Pertemuan Gondangdia dan Teuku Umar: Maknanya Pasti Material
Munarman mengaku pihaknya tidak tertarik dengan Teuku Umar yang disebut dengan 'politik nasi goreng'.
Namun, Munarman juga mengatakan, pihaknya tak tertarik pada Gondangdia yang disebut sebagai 'politik nasi uduk'.
"Jadi karena itu, kita tidak terlalu tertarik dengan 'politik nasi goreng' ataupun 'nasi uduk'."
"Sebetulnya, karena di Gondangdia itu terkenal dengan nasi uduk Bang Karni, di bawah rel kereta," terang Munarman.
Munarman menegaskan, gerakan 212 bukan gerakan yang mengidolakan satu di antara pihak politik.
"212 itu bukan merupakan gerakan politik fans club, bukan mengidolakan seseorang, bukan mengidolakan seseorang, bukan menokohkan seseorang, tapi lebih ke menawarkan agenda," tegasnya.
• Nasib PA 212 Ramai Dibahas, Rocky Gerung: Enggak Ada Imajinasi Selain Cebong dan Kampret Selesai
Sehingga, jubir FPI tersebut secara tegas tidak ingin melakukan politik bagi-bagi kursi.
"Yang kedua, gerakan 212 memang sejak awal tidak ingin terlibat dalam bagi-bagi kursinya, karena apa, karena yang kita perjuangkan sejak awal adalah aspek keadilan sosial bagi seluruh Indonesia," tutur Munarman.
Lantas, hal itulah yang menyebabkan PA 212 tidak terlalu khawatir soal pertemuan Gondangdia maupun Teuku Umar.
"Sehingga kita tidak terlalu pusing dengan aktor-aktor politiknya dan kita tidak terlalu pusing dengan peristiwa-peristiwanya."