Terkini Daerah
Gubernur Bali Imbau Kampanye KB 2 Anak Dihentikan, Berikut Penjelasannya
Upaya Gubernur Bali Wayan Koster untuk meng-ajeg-kan kembali Keluarga Berencana (KB) Krama Bali alias KB Bali dengan empat anak bukan sekadar wacana.
Editor: Astini Mega Sari
Sebelumnya dalam berbagai kesempatan, Koster selalu menyampaikan jika program KB pemerintah pusat dengan tagline 'dua anak cukup' atau 'dua anak lebih baik' sangat tidak layak untuk diterapkan di Bali.
Sebab, Bali memiliki kearifan lokal dengan empat anak yakni Wayan, Nengah, Nyoman, Ketut.
"Kalau hanya dua anak, maka dua nama terakhir yakni Nyoman dan Ketut akan hilang dari Bali. Kalau Nyoman dan Ketut hilang maka generasi Bali akan habis, kearifan lokal Bali akan habis, populasi orang Bali akan cepat habis, dan seterusnya," katanya.
Maka itu ia berpendapat, populasi orang Bali terus menurun. Bila populasi Bali menurun, maka cepat atau lambat eksistensi Bali dengan kearifan lokalnya akan hilang.
Untuk itu di Bali bukan hanya cukup dua anak, tetapi harus empat anak untuk bisa diberi nama Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut.
"Selain itu, populasi masyarakat Bali dari tahun ke tahun terus menurun karena kampanye dua anak cukup sudah dilakukan sejak lama dan tertanam kuat di benak masyarakat Bali," ujarnya.
• Tinjau Daerah Wisata di Sulawesi Utara, Jokowi: Jangan Kalah dengan Bali
Dampak dari program KB dua anak ini pun menyebabkan tren pertumbuhan penduduk di Bali dalam lima tahun ini stagnan dan hampir konstan.
Artinya penduduk yang lahir dibandingkan dengan penduduk yang hidupnya berakhir hampir berimbang.
Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali pada Maret 2019, laju pertumbuhan penduduk Bali menurun dari 2,31 persen pada tahun 2010 menjadi 2,14 persen pada tahun 2017.
Selain itu terjadi pula penurunan angka kelahiran total dari 2,3 pada tahun 2012 menjadi 2,1 per wanita usia subur pada tahun 2018.
“Penurunan ini selain sebagai dampak penggunaan kontrasepsi yang telah mencapai 54,8% bagi pasangan usia subur, juga meningkatnya median usia kawin pertama perempuan dari 21,9 tahun menjadi 22,1 tahun,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Catur Sentana, pada rapat koordinasi daerah program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) Provinsi Bali tahun 2019 di Denpasar, Maret lalu.
Koster pun meminta kepada BKKBN agar laju pertumbuhan penduduk Bali tidak perlu diturunkan lagi.
Ia juga menyebut kontrasepsi melalui vasektomi merupakan cara yang sadis dan meminta BKKBN tidak memakai cara itu lagi.
• Bus Rombongan Guru TK dan PAUD yang Hendak Liburan ke Bali Kecelakaan di Baluran, 1 Orang Tewas
Warisan Leluhur
Kepala Dinas Disdukcapil-KB Bali I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Seputra juga menyebut kondisi pertumbuhan penduduk Bali asli dalam beberapa tahun terakhir makin menurun.