Travel dan Kuliner
Cerita Penjual Sate Kere Presiden yang Berani Tolak Perintah Jokowi dan Tawaran Gibran
Jadi langganan Jokowi, sang penjual, Marimin memiliki kisah tersendiri yang sulit untuk ia lupakan, di mana istrinya berani menolak perintah Jokowi.
Penulis: Laila N
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
TRIBUNWOW.COM - Sate Sapi Mbak Tug 'Sate Kere Presiden' merupakan satu di antara sate kere yang legendaris di Solo.
Sate Kere yang berdiri sejak tahun 1977 ini dikenal dengan kelezatannya hingga menjadi langganan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jadi langganan Jokowi, sang penjual, Marimin atau Pak Tug memiliki kisah tersendiri yang sulit untuk ia lupakan.
Ditemui TribunWow.com saat berjualan, Jumat (26/4/2019), Marimin mengaku ia dan istrinya pernah menolak perintah Jokowi.
Awalnya, Marimin menceritakan dulunya sang istri, Tugiyem, berjualan dengan cara digendong atau dijinjing di atas kepala dan keliling kampung.

Setelah lama berjualan dan makin banyak pelanggan, mereka akhirnya diminta untuk menetap di lokasi tertentu, agar mudah dicari.
• Sate Sapi Mbak Tug Sate Kere Presiden yang Legendaris di Solo, Jadi Langganan Jokowi, Sudah Icip?
Hingga akhirnya menetap di sebelah Rumah Makan Nini Thowong.
"Akhirnya di sini, pelanggan juga tidak binggung nyari-nyari, waktu keliling kan pelanggan susah mencarinya, sekarang sudah ketemu tempatnya, yang bisa ramai," cerita Marimin saat ditemui TribunWow.com di sela waktu berjualan, Jumat (26/4/2019) di Jalan Arifin 63, di sebelah Rumah Makan Nini Thowong, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Tak hanya menolak perintah Jokowi, Tugiyem juga disebut sang suami menolak tawaran putra sulung sang presiden, Girban Rakabuming Raka.

Menurut penuturan Marimin, saat itu Gibran menawari mereka 2 lokasi untuk berjualan, agar mudah dicari dan semakin maju.
Namun, sang istri menolaknya, dengan alasan khawatir tidak laku.
• Kuliner Pagi di Solo - Lezatnya Kuah Kecap Tahu Kupat Pak Gombloh yang Legendaris dan Wajib Dicoba
"Waktu itu, dikasih tempat Gibran 2 kios atau 2 tempat suruh milih, buk'e (Tugiyem) tidak mau, takut tidak laku," ujar Marimin.
"Terus Mas Gibran bilang 'Laku, jangan khawatir nanti saya yang tanggung jawab, yang bantu promosikan' tapi buk'e enggak mau saja," imbuhnya.
"Sebenarnya banyak yang menawari tempat, tapi buk'e tetap tidak mau," ungkapnya.
Terkait perintah Jokowi yang mereka tolak, Marimin mengatakan itu adalah perintah untuk mengikuti festival kuliner makanan pada hari pangan sedunia, di Kalimantan.
• Menikmati Kuliner Legendaris Tahu Kupat Pak Gombloh Solo yang Jadi Langganan Gatot Nurmantyo
"Waktu tahun berapa itu didhawuh (diperintah) Pak Jokowi untuk pameran di Kalimantan," kenang Marimin.
"Pada hari pangan sedunia, buk'e tidak mau, tidak berani, kalau naik pesawat tidak berani, ya gagal juga, padahal kan perintah dari presiden itu kan harus dilaksanakan."
"Tapi ya bagaimana lagi, akhirnya berani menolak, itu ya lucu istri saya," sambung Marimin sembari tertawa.

"Sebenarnya kan dekat, Disperindag itu sampai bilang 'orang tinggal pejamkan mata saja sampai' gitu."
"Tapi ya sudah, saya ini kalau sudah takut jangan dipaksa, namanya takut, akhirnya gagal juga," ungkap Marimin.
Meski pernah ditolak, Jokowi dan keluarga tetap berlangganan sate kerenya hingga kini.
"Pak Jokowi sering pesan di sini, kadang saya dipanggil ke rumah kalau ada acara atau pas beliau pulang," kata Marimin.
Dalam sehari, Marimin mengaku bisa mendapat omset sekitar 2 juta, hingga Rp 2,5 juta pada akhir pekan.
• Gurihnya Gudeg Podomoro Relasi Khas Solo yang Legendaris dan Anti-mainstream
Selain itu, dari hasil jualannya itu, kini keluarga Marimin, bisa memiliki 2 kos-kosan yang berada di sekitar Universitas Setia Budi, Solo.
Setelah pensiun nanti, Marimin dan istrinya berencana mewariskan kuliner ini kepada sang anak, agar tetap kuliner legendaris ini tetap lestari. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
WOW TODAY: