Pemilu 2019
Sebelum Meninggal karena Kelelahan, Petugas KPPS Ini Beri Pesan Terakhir soal Negara dan Rakyat
"Harus teliti, ini kan urusan negara. Ini urusan nasib rakyat ke depan," kata Mimin menirukan kata-kata suaminya saat terakhir kali berpesan.
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Mimin Sumarni masih ingat betul pesan terakhir suaminya, Fery Yunus, sebelum menghembuskan napas terakhir satu hari setelah bekerja sebagai petugas KPPS di TPS 02 Menteng, Jakarta Pusat.
"Harus teliti, ini kan urusan negara. Ini urusan nasib rakyat ke depan," kata Mimin menirukan kata-kata suaminya saat terakhir kali berpesan kepada warga di TPS 02 Menteng saat pencoblosan 17 April lalu.
Perempuan berusia 47 tahun, mengatakan suaminya tak menunjukkan tanda-tanda sakit sebelum akhirnya tutup usia.
"Cuma dia ada sakit gigi. Sudah 45 tahun, pasti sakit gigi karena bolong," katanya.
Yunus termasuk di antara 144 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sejauh ini menurut Komisi Pemilihan Umum, KPU.
• Sempat Diremehkan, Pengantar Galon Air di Sulawesi Tenggara Lolos Jadi Anggota DPRD, Ini Kisahnya
Petugas yang sakit mencapai 883 orang sampai Rabu (24/04) yang tersebar di 25 provinsi dan mereka diperkirakan meninggal karena kelelahan dan memiliki penyakit, menurut KPU.
Namun sejauh ini belum ada catatan medis terkait penyebab kematian para petugas.
Anggota KPU, Evi Novida Ginting mengatakan data kematian ini didapat dari laporan penyelenggara pemilu tingkat KPU kabupaten dan kota.
"Laporan dari kabupaten/kota menyampaikan ke provinsi. Dan provinsi menyampaikan kepada kita," kata Eva.
Yunus mengganti salah satu anggota KPPS yang sedang sakit pada hari pemilu itu. Yunus membantu istrinya, Mimin Sumarni yang bertugas sebagai ketua KPPS.
"Karena pas penghitungan sampai malam, mungkin kelelahannya di situ. Ada yang lihat dia pukul-pukul pinggang. Lelah," cerita Mimin.
Penghitungan suara di TPS itu selesai pukul 23.00 WIB dan Fery Yunus pulang ke rumah sekitar pukul 01.00 WIB setelah mengantar kotak suara ke kantor kecamatan.
Saat di rumah, Fery tak menunjukkan tanda-tanda sakit dan masih bercanda, cerita Mimin Sumarni.
"Sempat minta air teh hangat, ya sudah saya bawakan dua. Eh, kata dia, banyak banget. Ya, kan buat suamiku tercinta," tambahnya menirukan apa yang dia katakan kepada suaminya.
• Anggota KPPS Diduga Ubah Perolehan Suara Caleg, Bawaslu Luwu Turun Tangan
"Tapi jam empat pagi membangunkan saya sambil bilang, kok sakit dada saya. Langsung bawa ke rumah sakit. Langsung ditangani, pasang rekam jantung, dokter bilang hasilnya serangan jantung. Saya tidak sangka diambil hari itu," kata Mimin sambil menyeka air matanya kepada Muhamad Irham yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Kementerian Kesehatan mengeluarkan edaran bagi rumah sakit dan puskesmas di seluruh Indonesia untuk memberikan layanan kepada petugas KPPS dan PPK yang sakit.
Pemeriksaan kesehatan petugas
Dalam surat edaran, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Bambang Widodo, meminta fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) memberikan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya kepada KPPS dan PPK yang memerlukan layanan kesehatan.
"Prinsipnya untuk semua petugas yang terlibat pada pemilu," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya kepada BBC News Indonesia, Selasa (23/04).
Bambang melanjutkan, untuk pemeriksaan semua dilayani tanpa pungutan biaya.
"Untuk yang sakit dan kalau sampai memerlukan perawatan mengikuti peraturan yang berlaku. Tapi kalau di rumah sakit pemerintah akan kita bantu dan fasilitasi," katanya.
Saat ini, proses rekapitulasi tingkat kecamatan masih berlangsung dan rekapitulasi diberikan tenggat waktu 10 hari setelah pemungutan suara.
Di sela-sela rekapitulasi di Kantor Kecamatan Menteng, pada Rabu (24/04), petugas Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) secara bergantian antre diperiksa petugas kesehatan.
• Kisahkan Prabowo yang Bisa Bicara dengan Hewan, Ajudan Pribadi Prabowo: Ada Gelombang Kebaikan
Jatuh dari motor
Salah seorang yang diperiksa adalah Erwin, yang tinggi darahnya di atas normal.
"Tensi saya tinggi walau pun saya tak punya riwayat (darah tinggi). Kata dokter saya kurang tidur. Lalu saya kena radang tenggorokan, sama kepala agak berat," kata Erwin.
Erwin mengungkapkan untuk proses rekapitulasi tingkat kecamatan ini dimulai sejak pukul 10.00 pagi dan selesai pukul tengah malam.
"Tapi di rumah tak bisa tidur. Pikiran PPK ini sampai rumah saya bawa-bawa. Sampai ini belum selesai, saya tidak bisa tidur tenang," katanya.
Petugas lain, Jamal yang sudah memiliki riwayat darah tinggi, sempat terjatuh dari motornya saat mendistribusikan kekurangan kotak suara di sejumlah TPS pada pemilu lalu.
"Sekitar setengah sembilan pagi. Jalanan masih sepi. Tiba-tiba kepala pusing, jatuh aja. Saat itu ditolong tukang ojek online," cerita Jamal.
Setelah itu, Jamal sempat dibawa ke Puskesmas Kecamatan Menteng untuk beristirahat. "Tiga jam tidur, setelah itu kerja lagi," katanya.
• Tanggapi Utusan Jokowi yang Ditolak, TKN: Saya Berharap Ada Sikap yang Bijak
"Pusing, lemas, darah tinggi"
Bagi Ketua PPK Menteng, Abdul Khohar, kantor kecamatan sudah seperti rumah kedua.
Kegiatan persiapan logistik, distribusi logistik, penghitungan suara, fungsi koordinasi hingga keamanan telah mengurangi jam tidurnya.
Hal ini berlangsung sejak 10 hari sebelum pemungutan suara, katanya.
"Tidurnya hanya satu hingga dua jam. Untuk tidur di kantor kecamatan itu situasional. Kita pakai alas bekas bilik suara KPU dengan bantal tempat coblosan KPU," ungkap Khohar kepada BBC News Indonesia, Rabu (24/04).
Dokter Puskesmas Kecamatan Menteng, Musdah Mulia, yang bertugas memeriksa petugas PPK mengungkapkan masalah kesehatan yang dikeluhkan rata-rata pusing, lemas, dan darah tinggi.
"Biasa kondisi seperti itu disebabkan masalah kecapekan atau kurang tidur, kurang istirahat. Paling tidak untuk mengimbangi kondisi-kondisi tersebut, sebaiknya minum multivitamin. Makan kalau bisa tetap sesuai dengan jadwalnya," kata Musdah Mulia usai memeriksa sejumlah petugas PPK Menteng. (BBC Indonesia)
WOW TODAY:
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul: Pesan terakhir petugas KPPS yang meninggal: 'Harus teliti, ini urusan nasib rakyat ke depan'