Breaking News:

Kupas Tuntas Dilan 1991, Berikut Wawancara Pidi Baiq, Kontroversi, hingga Kebangkitan Film Nasional

Mengapa film Dilan 1991 diminati dan dianggap sebagai kebangkitan industri film Indonesia?

Editor: Lailatun Niqmah
Kolase (handover)
Film Dilan 1991 vs Novel Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 

Dina dan Widi adalah dua dari ratusan ribu atau jutaan penonton "fanatik" film yang dibintangi Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla ini.

Mereka inilah disebut sebaga penonton yang dimotivasi oleh apa yang disebut sebagai daya tarik nostalgia.

"Sekarang lagi musim orang 'jualan' nostalgia," kata pengamat industri film serta pengajar jurusan film di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Ekky Imanjaya, kepada Arin Swandari untuk BBC News Indonesia.

Selain faktor nostalgia, masih menurut Ekky, film ini mampu menarik penonton, karena diangkat dari novel yang laris.

"Kalau menurut saya, dia dari novel yang laris ya, novel laris itu mempunyai follower yang besar, dari situ bisa digarap," paparnya.

s
Image caption Selain faktor nostalgia, kata pengamat industri film Ekky Imanjaya, film ini mampu menarik penonton, karena diangkat dari novel yang laris. (Kompas/Falcon Picture)
 

Jika dibandingkan film Galih dan Ratna versi baru, meski sama-sama menjual nostalgia, namun karena bukan dari novel laris yang memiliki fan base cukup besar, hasilnya tak seperti film Dilan, katanya menganalisa.

Sang penulis, yaitu Pidi Baiq, mampu mengelola followernya sehingga bisa 'menggiring' mereka ke bioskop, jelas Ekky.

"Paling tidak 80% dari follower nonton film," katanya. Dalam menjual nostalgia ini. Ekky menilai produser, sutradara, dan penulis skenario "sangat lihai".

"Menggabungkan elemen-elemen nostalgia Bandung 1990, 1991, dengan berbagai ikonnya, dari musik, life style, saat itu lagi musim apa, ngapain," ujarnya.

"Jadi orang-orang yang SMP di zaman 1990 pun nonton (film Dilan). Sementara gayanya yang tidak biasa, gaya merayu, gombal-gombal, romantisnya, nyambung dengan generasi sekarang yang milenial."

"Jadi dua-duanya bersatu, ada dua gelombang besar yang ada di Dilan," paparnya lagi.

s
Image caption "Setiap orang ada masanya mengenang masa lalu," kata Pidi Baiq, penulis trilogi novel Dilan, mulai bercerita. "Saya juga salah satu dari orang itu yang mengenang masa lalu." (Julia Alazka/BBC News Indonesia)
 

Dalam wawancara khusus dengan Julia Alazka untuk BBC News Indonesia, penulis novel Dilan 1990 dan Dilan 1991, Pidi Baiq tidak membantah bahwa karya-karyanya itu dilatari keinginannya untuk 'menghidupkan' kisah percintaan ala remaja tahun 1990an.

"Setiap orang ada masanya mengenang masa lalu," kata Pidi Baiq, mulai bercerita. "Saya juga salah satu dari orang itu yang mengenang masa lalu."

"Ketika saya mengenang masa lalu, teringatlah masa pacaran anak zaman dahulu, tahun-tahun dimana saya masih remaja," akunya.

Pidi juga tak memungkiri bahwa trilogi novelnya itu bakal dibandingkan dengan situasi saat ini. "Saya tulis sebagai usaha untuk pembanding saja dengan keadaan di zaman sekarang."

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Dilan 1991pidi baiqRidwan KamilIqbal RamadhanVanesha Prescilla
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved