Kabar Tokoh
Rustam Ibrahim dan Yunarto Wijaya Silang Pendapat Terkait Cuitan 'Presiden Baru' CEO Bukalapak
Yunarto Wijaya dan Rustam Ibrahim silang pendapat terkait cuitan CEO Bukalapak Achmad Zaky yang menyinggung 'presiden baru' hingga ramai dibicarakan.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Rekarinta Vintoko
Achmad Zaky langsung kembali mencuitkan klarifikasi di halaman Twitternya.
Ia menuliskan presiden baru yang dimaksud bisa mengartikan kubu 01 Jokowi dan kubu 02 Prabowo Subianto.
Achmad Zaky yang juga dinobatkan menjadi satu di antara orang terkaya di RI ini juga menuliskan ia hanya menyampaikan fakta yang ada.
Ia pun kembali menuliskan permintaan maaf untuk cuitannya untuk siapapun yang merasa kurang sesuai.
"Bangun2 viral tweet saya gara2 "presiden baru" maksudnya siapapun, bisa Pak Jokowi juga. Jangan diplintir ya :) lets fight for innovation budget," tulisnya, Kamis (14/2/2019).
"Tujuan dari tweet saya adalah menyampaikan fakta bahwa dalam 20 sampai 50 tahun ke depan, kita perlu investasi di riset dan SDM kelas tinggi. Jangan sampai kalah sama negara2 lain."
"Kebijakan serta dukungan Pemerintah Indonesia selama ini sangat menyemangati kami. Semoga ke depannya industri teknologi atau industri berbasis pengetahuan semakin maju."
"Buat pendukung pak Jokowi, mohon maaf jika ada yg kurang sesuai kata2 saya jadi misperception.
Saya kenal Pak Jokowi orang baik. Bahkan sudah saya anggap seperti Ayah sendiri (sama2 orang solo).
Kemarin juga hadir di HUT kami. Tidak ada niat buruk tentunya dari tweet saya."

Klarifikasi Achmad Zaky soal cuitan Twitternya, Kamis (!4/2/2019). (Twitter @achmadzaky)
• Hadiri HUT Bukalapak, Jokowi Ingin Pemuda Indonesia Mencontoh Jejak Kesuksesan Achmad Zaky
Achmad Zaky kembali melanjutkan, ia juga mengapresiasi masyarakat yang peduli dengan isu R&D ini.
"Saya apresiasi sekali concern masyarakat twitter soal isu R&D ini. Tanda kalau kita ga kalah pinter.
R&D adalah single pembeda negara maju dan miskin. Kalau ga kuat di R&D, kita akan perang harga terus. Negara maju masuk di perang inovasi. Negara miskin masuk di perang harga."
(TribunWow.com/ Ananda Putri Octaviani/ Roifah Dzatu Azmah)