Pimpinan KPK Diteror
Timses Prabowo-Sandi Sebut Presiden Tak Serius Tangani Kasus Teror Bom Pimpinan KPK
Timses Prabowo-Sandi, Hinca Rahardjo, Jokowi harus tunjukkan kepada publik apa yang harus dilakukan sebagai presiden.
Penulis: Atri Wahyu Mukti
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNWOW.COM - Anggota Tim Sukses (Timses) Prabowo-Sandi, Hinca Panjaitan mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (jokowi) tak serius tangani kasus teror yang menimpa dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dikutip TribunWow.com dari Kompas TV acara Satu Meja The Forum, Hinca mengungkapkan walaupun kepolisian yang bertanggung jawab menangani kasus teror bom oleh Laode M Syarif dan Agus Rahardjo, presiden juga harus menunjukkan kepada publik apa yang harus dilakukan, Minggu (13/1/2019).
"Sungguh tidak serius."
"Karena hari ini kita menjadi sangat takut dengan melihat situasi yang terjadi pada 2 komisioner KPK itu."
"Oke kepolisian adalah bidangnya, tapi sebagai pemimpin tertinggi di negeri ini, kita bicara tentang capres juga di sini yang sedang memerintah harusnya juga mau tampil dalam kecepatan yang tinggi untuk menunjukkan kepada publik apa yang harus dilakukan."
"Nah kita ingin itu."
Hinca juga berpendapat, jika kasus teror bom seperti yang menimpa dua pimpinan KPK itu ditangani oleh Prabowo, maka pihaknya akan lebih serius dalam menangani kasus ini.
"Kalau dalam eksekusi ini masih kita lihat bolong-bolongnya."
"Nah Prabowo-Sandi kalau diberi kesempatan kita nggak akan seperti itu."
Dari pernyataan Hinca tersebut, Timses Jokowi-Ma'ruf, Arteria Dahlan menyayangkan ungkapannya yang menyatakan bahwa Jokowi tak serius menangani kasus teror yang terjadi.
Dalam tema Debat HAM dan Korupsi, Siapa Unggul tersebut, menurut Arteria, pernyataan Hinca itu merupakan pembodohan kepada rakyat.
Pasalnya, seorang presiden dalam menangani kasus tidak harus selalu datang ke lokasi kejadian.
"Pak presiden ini kan kepala negara, pemegang pemerintahan tertinggi berdasarkan undang-undang, ya kan."
"Kalau ditanya apakah sudah bereaksi, jawabannya bukan pak presiden harus hadir ke sana dulu."
"Artinya apakah ada upaya yang begitu cepatnya, sikap yang begitu cepatnya dari negara, dari pemerintah untuk menyikapi peristiwa ini."
"Jawabannya adalah sudah, nggak ada hitungan detik kami ini semua gaduh waktu kejadian itu."
Arteria yang tampak mengenakan batik juga menceritakan awal rapat untuk menangani kasus tersebut.
"Kita lagi rapat semua, semua dipanggil," katanya.
Disela pernyataan Arteria, pembawa acara menanyakan siapa yang memanggil untuk dilakukan rapat mengenai kasus teror bom pimpinan KPK.
"Adalah pimpinan untuk fokus bagaimana mencermati dan menyikapi ini," imbuh Arteria
"Pak Kapolri bayangkan hal ini, wah pontang-panting untuk memastikan tolong dicari dan ditemukan begitu cepatnya," tutur Arteria sambil tangannya menunjuk-nunjuk.
Pernyataan Arteria itu, langsung disanggah oleh Hinca bahwa yang diinginkan rakyat bukanlah presiden harus hadir secara fisik melainkan hadir dengan menyatakan sesuatu yang membuat rakyat merasa nyaman.
" Proses penyidikan itu urusan kepolisian, tapi dalam konteks debat kita hari ini dia harus tampil," tandas Hinca.
• Teror Pimpinan KPK Tak Kunjung Selesai, Said Didu: Jangan Salahkan Rakyat kalau Menduga Pelaku
Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi telah meminta Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian untuk mengusut tuntas soal teror bom yang menimpa Agus Rahardjo dan Laode Muhammad Syarif.
Jokowi meminta Kapolri secara tegas menangani teror yang menimpa Ketua KPK dan Wakil KPK tersebut.
Menurutnya kejadian itu jelas merupakan bentuk intimidasi kepada penegak hukum.
"Saya kira tidak ada toleransi untuk itu. Kejar dan cari pelakunya," tegas Jokowi seperti dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Kamis (10/1/2019).
Selain itu, Jokowi juga mengatakan dirinya secara langsung telah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas masalah teror yang telah terjadi.
"Kemarin siang sudah saya perintahkan langsung ke Kapolri untuk menindak dan menyelesaikan ini dengan tuntas," ucap Jokowi kepada wartawan di Gudang Bolog, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Jokowi mengatakan, selama ini pengamanan terhadap anggota KPK sudah ditingkatkan.
Namun, bila teror dan intimidasi masih terjadi, maka tugas kepolisian untuk menemukan pelakunya.
Ia juga meyakini bahwa teror yang telah terjadi tidak akan membuat KPK menjadi terintimidasi.
"Agar semuanya menjadi jelas dan gamblang, siapa pelakunya. Tapi saya meyakini pemberantasan korupsi tidak kendor oleh teror-teror seperti ini," kata Jokowi.
• Terkait Teror Terhadap Pimpinan KPK, Polri akan Buat Sketsa Wajah Pelaku Secara Konvensional
Benda Menyerupai Bom Paralon di Rumah Ketua KPK
Sebelumnya, diberitakan Kompas.com, benda mencurigakan yang menyerupai bom paralon ditemukan di depan Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi.
Kapolsek Jatiasih Komisaris Ili Anas mengatakan, benda tersebut ditemukan pada Rabu (9/1/2019) pukul 05.30 WIB, oleh seorang pekerja di kediaman Agus.
Benda itu ditaruh di dalam sebuah tas hitam dan disangkutkan di pagar rumah Agus.
Ili menjelaskan, benda yang ditemukan itu bukan bom.
"Kami cek itu bukan bom, tapi paralon menyerupai bom," tegas Ili.
Mengutip Kompas.com, benda mencurigakan itu terdiri dari sebuah rangkaian menyerupai bom paralon.
Terdapat baterai, serbuk putih, paku, kabel, detonator, dan sekring di pipa paralon tersebut.
• Wakil Ketua KPK Ungkap Rasa Terima Kasih atas Dukungan Publik Pasca-Teror Bom Molotov di Rumahnya
Bom Molotov di Rumah Wakil Ketua KPK
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Rumah Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan nomor 42, Jakarta Selatan, dilempar bom molotov, Rabu (9/1/2019).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono mengatakan, ada dua bom molotov yang dilemparkan ke rumah Laode.
Untungnya, hanya satu bom yang meledak.
"Jadi di kediaman Pak Laode ada bom molotov. Ada dua botol isinya bahan bakar, ada dua biji yang dilemparkan. Satu tidak pecah dan masih utuh, yang kedua pecah," ujar Argo dalam keterangannya, Rabu siang.
Berdasarkan keterangan seorang saksi bernama Suwarni, sempat terdengar suara seperti gelas pecah dari arah rumah Laode.
"Malam saya dengar suara preng begitu doang, kayak suara gelas pecah, jam 00.30, apa jam 01.00 begitu," katanya.
(TribunWow.com)