Terkini Daerah
Remaja di Belitung Ini Ternyata Sudah Konsumsi Air Rebusan Pembalut Sejak 2015
Ramai diperbincangkan soal fenomena remaja mengonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkoba. Hal ini ternyata bukan merupakan hal baru.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Di toko ini, menjual bebas barang-barang yang bisa disalahgunakan.
"Mau obat batuk, pembalut, perekat, dan segala macam, orangnya cuek," kata Kujay.
• Viral Remaja Konsumsi Air Rebusan Pembalut di Jabar, Jateng, dan Jakarta, BNN Belum Bisa Menindak
Sama halnya dengan Kujay, Jontor (16), bukan nama sebenarnya sudah lebih lama merasakan sensasi mabuk pembalut.
"Sejak pertengahan tahun 2015," kata remaja yang duduk di bangku SMA kelas X ini.
Ia menjelaskan, pembalut yang biasa digunakan mabuk biasanya jenis wing dan yang berwarna pink.
"Jika dikonsumsi sendiri, satu atau dua lembar pembalut. Tapi kalau beramai-ramai, biasanya merebus hingga lima lembar," jelasnya.
Menurut Jontor, ada dua cara mengonsumsi pembalut ini.
Pertama, ditetesi menggunakan bensin atau alkohol, setelah itu dihisap, dan yang kedua adalah direbus.
"Ampas pembalut terkadang dibakar, namun saat udah terasa nyaman dan buru buru mau fly, sudah lupa buang ampas, lempar saja ke kotak sampah," ujarnya.
Dalam sehari, kata Jontor, anak anak SMA biasanya diberi uang saku Rp 10 ribu.
Ketika ingin mabuk maka mereka akan iuran untuk membeli pembalut.
"Karena keseringan, bisa dibilang ya (nyandu), karena berkali kali," tutur Jontor,
Ia kemudian mengatakan, penyalahguna pembalut hampir semua dilakukan oleh laki laki.
"Kalau cewek gak ada. Tapi yang mabuk obat batuk dan arak banyak," imbuhnya.
Kandungan dalam Pembalut
Sementara itu, terkait kandungan zat kimia di dalam pembalut wanita, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada rentang Januari-Maret 2018 pernah melakukan penelitian.