Terkini Daerah
Remaja di Belitung Ini Ternyata Sudah Konsumsi Air Rebusan Pembalut Sejak 2015
Ramai diperbincangkan soal fenomena remaja mengonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkoba. Hal ini ternyata bukan merupakan hal baru.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan soal perilaku menyimpang baru yang dilakukan sejumlah remaja di daerah-daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Jakarta.
Fenomena baru dari remaja tersebut adalah mereka mengonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkoba.
Hal ini pun ramai diberitakan dan jadi perbincangan khalayak ramai.
Namun ternyata, fenomena ini bukanlah hal yang baru saja terjadi.
Diberitakan Pos Belitung pada 6 Agustus 2016, remaja yang mengonsumsi air rebusan pembalut, Kujay (14), bukan nama sebenarnya, memberikan penuturannya terkait hal tersebut.
• Bukan Lagi Obat Batuk atau Lem, Kini Remaja Gunakan Air Rebusan Pembalut untuk Mabuk-Mabukan
Remaja tanggung yang masih duduk di bangku SMP itu mengaku mengetahui pembalut bisa memabukkan setelah diberi tahu temannya di Tanjungpandan, Belitung.
"Kalau sudah mabuk, asyiknya dibawa berangin (berangin-angin), jalan jalan pakai sepeda motor. Pakai (mengendarai) motor bawaannya tegang. Biasanya pelan, tapi tegang," ucap Kujay kepada Pos Belitung, Senin (1/8/2016) lalu.
Anak baru gede (ABG) yang tinggal di Kecamatan Kelapa Kampit ini menjelaskan bagaimana ia biasa meracik pembalut tersebut.
Kujay mengakui, biasanya jenis pembalut yang ia gunakan adalah yang bersayap (wing).
"Rasanya pahit, kelat," papar Kujay.
Menurutnya, setelah setengah jam meminum rebusan pembalut, rasa seperti mabuk itu baru mulai terasa.
Sedangkan untuk sensasinya, bisa berlangsung selama dua hingga tiga jam.
Mabuknya, jelas Kujay, akan terasa lebih parah dari mabuk minuman beralkohol atau obat batuk kemasan.
"Sekarang ini marak dikonsumsi, pagi, siang, dan sore. Terutama saat ngumpul ngumpul, biasanya kami minum di luar rumah, di tempat sepi," kata Kujay kemudian menambahkan bahwa penikmat mabuk pembalut biasanya anak anak SMP seusianya.
Kujay mengaku, biasanya membeli pembalut di sebuah toko langganannya di Pasar Kelapa Kampit.