Kisah Inspiratif Wisudawati Berprestasi ITB, Orangtua Telah Meninggal hingga Biayai 3 Adiknya
Reni Romaulina Silaban merupakan seorang wisudawati jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Penulis: Maria Novena Cahyaning Tyas
Editor: Astini Mega Sari
Walaupun Reni selalu berusaha mengingatkan ibunya untuk pergi ke dokter, namun jarang digubris oleh ibunya lantaran sibuk dengan aktivitasnya sehari-sehari.
Ibunya adalah sosok pekerja keras dan ulet, demi menghidupi keempat orang anaknya dia rela banting tulang.
Pekerjaan sehari-harinya adalah berjualan kelontongan, sayur-sayuran, buka pengisian air galon, dan membuka jasa bengkel.
Setiap dini hari ibunya selalu sibuk pergi belanja ke pasar, terkadang ibunya pun turun tangan untuk memperbaiki mobil hingga truk besar sekalipun di bengkel miliknya.
"Dari situlah perjalanan mama berlangsung sampai akhirnya memang kanker otak," cerita Reni yang matanya nampak berkaca-kaca menahan air mata agar tidak menetes.
• Hadiri Acara Wisuda Putranya, Elly Sugigi Bangga sekaligus Sedih
Reni juga menyampaikan pesan dokter kepadanya, ketika ibunya divonis mengidap kanker otak stadium empat.
Dokter berkata kepada Reni bahwa di akhir masa hidup ibunya, Reni harus bisa membahagiakan ibunya.
Ia juga mengenang di mana sang ibu diberitahu oleh dokter terkait penyakitnya.
Reni menyebut, ibunya begitu tegar menghadapi hal tersebut bahkan berkata hal ini terjadi akibat ibunya kelelahan.
"Saya berusaha keras tegar, mama pun malah bepikir mungkin karena kelelahan, pikirnya," ujar Reni.
Di tengah ujian kehidupan tersebut, Reni sempat putus asa dan berpikir untuk tidak melanjutkan kuliahnya.
Kendati demikian, keluarganya tetap menyemangatinya agar tetap melanjutkan kuliah.
"Saya berpikir jika berhenti kuliah terus adik-adik nanti seperti apa, kalau berhenti, perjuangan mama selama ini sia-sia, mama kan sudah anterin saya sampa ke titik ini, sampai akhirnya saya bolak-balik Purwakarta Bandung untuk mengurus ibu saya," katanya.
Selama mengurus ibunya dan bolak-balik Bandung-Purwakarta, Reni mengaku sangat keteteran dan ketinggalan materi kuliah.
Namun akhirnya ia mendapatkan bantuan dana dari KM ITB, Kestra HMTL, serta Donatur Orangtua 76 dan 86.