Gejolak Rupiah
Soroti Pelemahan Rupiah, Rachland Nashidik: Mungkin Ini yang Dimaksud Pak Jokowi Meroket
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik menanggapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Penulis: Vintoko
Editor: Astini Mega Sari
Dikutip dari Kontan.co.id, nilai tukar rupiah kali ini merupakan yang terendah sejak krisis moneter 1998 yang menyentuh level Rp 16.650 per dolar AS.
Pengamat Ekonomi Tony Prasetiantono menjelasan perbedaan pelemahan nilai tukar rupiah sekarang dengan krisis 1998.
Dari sisi angka, pelemahan rupiah dengan krisis 1998 menurut Tony memang tidak beda jauh.
Namun dari sisi indikator ekonomi, jelas kondisi saat ini dengan 1998 berbeda jauh.
"Angka pelemahan rupiah boleh sama namun suasana dan underlyingnya berbeda," ujar Tony, Rabu (26/9/2018).
Dilihat dari awal 2018, kurs rupiah tercatat Rp 13.542 per dolar AS naik hingga hari ini ke level Rp 14.938 per dolar AS.
Sedangkan di tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan yang tajam dari Rp 3.000 per dolar AS menjadi Rp 16.650 per dolar AS dalam waktu tiga bulan.
Dari sisi inflasi, tahun 1998 tingkat inflasi mencapai 78 persen, sedangkan saat ini inflasi terkendali di angka 3,8 persen.
Di sisi pertumbuhan ekonomi, pada tahun 1998 sempat minus 13,7 persen, sedangkan hari ini positif 5,1 hingga 5,2 persen.
Pada tahun 1998, hampir semua bank besar mengalami kebangkrutan, sedangkan pada saat ini perbankan dinilai cukup sehat.
Pemerintah bahkan harus memberikan suntikan dana pada perbankan dengan obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 650 triliun pada krisis 1998.
• Rupiah Melemah Lagi, Said Didu: Perkiraan Saya Sulit Menguat
Menurut Tony, angka suntikan dana pada saat itu mencapai 50 persen dari pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB).
Tony berpendapat, merosotnya nilai tukar rupiah bukan disebabkan oleh lemahnya fundamental ekonomi Indonesia.
Tapi dikarenakan adanya perbaikan ekonomi AS, di mana satu di antara indikatornya adalah membaiknya penyerapan tenaga kerja di AS.
Terakhir tercatat pertumbuhan ekonomi AS berada di angka 2,9 persen.
Angka tersebut sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi AS di tahun 2008.
Tony memprediksi nilai tukar rupiah akan masih tertekan seiring dengan rencana bank sentral AS, The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan hingga 3,25 persen. (TribunWow.com/ Rekarinta Vintoko)