Breaking News:

Gejolak Rupiah

Soroti Pelemahan Rupiah, Rachland Nashidik: Mungkin Ini yang Dimaksud Pak Jokowi Meroket

Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik menanggapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Penulis: Vintoko
Editor: Astini Mega Sari
YouTube/Kompas TV
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik 

TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik menanggapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Hal itu ia sampaikan melalui akun Twitter-nya, @RachlanNashidik, Kamis (27/9/2018).

Awalnya, Rachland Nashidik mentautkan pemberitaan terkait rupiah yang hampir menyentuh Rp 15 ribu per dolar AS, Rabu (26/9/2018).

Rupiah Kembali Melemah, Pengamat Jelaskan Perbedaan Gejolak Rupiah saat Ini dengan Krisis 1998

Menanggapi hal itu, Rachland Nashidik menyindir pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan ekonomi akan 'meroket'.

"Mungkin ini yang dimaksud Pak Jokowi meroket," tulis Rachland Nashidik.

Cuitan Rachland Nashidik
Cuitan Rachland Nashidik (Twitter/ @RachlanNashidik)

Sebelumnya, Mantan Staf Khusus Menteri ESDM, Muhammad Said Didu turut menanggapi pelemahan rupiah itu.

Melalui akun Twitter-nya, Said Didu memperkirakan rupiah akan sulit menguat.

Said Didu pun membeberkan sejumlah alasan, di antaranya Indonesia yang butuh banyak dolar AS untuk impor dan membayar utang.

Di sisi lain, Indonesia sulit mendapat dolar AS karena ekspor tidak sebaik yang diharapkan.

"Perkiraan saya rupiah sulit menguat krn : 1) kita lagi butuh dollar banyak utk impor dan bayar utang, dan 2) kita sulit dapat dollar krn ekspor tdk sebaik yg diharapkan," tulis Said Didu, melalui akun Twitter, @saididu, Rabu (26/9/2018).

Cuitan Said Didu
Cuitan Said Didu (Twitter/@saididu)

Sementara itu, diberitakan Tribunnews.com, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Rabu (26/9/2018) ke posisi Rp 14.944 per dolar AS.

Dengan posisi tersebut, pelemahan rupiah sejak awal tahun ini menjadi 10,24 persen.

Sebelumnya, di pasar spot, kemarin rupiah ditutup melemah ke posisi Rp 14.917 per dolar AS.

Bloomberg mencatat, hari Rabu ini rupiah diperkirakan akan ditransaksikan pada kisaran Rp 14.937 hingga Rp 14.944 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, posisi rupiah pada perdagangan kemarin melemah ke level Rp 14.893 per dolar AS.

Rupiah Melemah Lagi, Direktur Garuda Berjangka Jelaskan Penyebabnya

Dikutip dari Kontan.co.id, nilai tukar rupiah kali ini merupakan yang terendah sejak krisis moneter 1998 yang menyentuh level Rp 16.650 per dolar AS.

Pengamat Ekonomi Tony Prasetiantono menjelasan perbedaan pelemahan nilai tukar rupiah sekarang dengan krisis 1998.

Dari sisi angka, pelemahan rupiah dengan krisis 1998 menurut Tony memang tidak beda jauh.

Namun dari sisi indikator ekonomi, jelas kondisi saat ini dengan 1998 berbeda jauh.

"Angka pelemahan rupiah boleh sama namun suasana dan underlyingnya berbeda," ujar Tony, Rabu (26/9/2018).

Dilihat dari awal 2018, kurs rupiah tercatat Rp 13.542 per dolar AS naik hingga hari ini ke level Rp 14.938 per dolar AS.

Sedangkan di tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan yang tajam dari Rp 3.000 per dolar AS menjadi Rp 16.650 per dolar AS dalam waktu tiga bulan.

Dari sisi inflasi, tahun 1998 tingkat inflasi mencapai 78 persen, sedangkan saat ini inflasi terkendali di angka 3,8 persen.

Di sisi pertumbuhan ekonomi, pada tahun 1998 sempat minus 13,7 persen, sedangkan hari ini positif 5,1 hingga 5,2 persen.

Pada tahun 1998, hampir semua bank besar mengalami kebangkrutan, sedangkan pada saat ini perbankan dinilai cukup sehat.

Pemerintah bahkan harus memberikan suntikan dana pada perbankan dengan obligasi rekapitalisasi sebesar Rp 650 triliun pada krisis 1998.

Rupiah Melemah Lagi, Said Didu: Perkiraan Saya Sulit Menguat

Menurut Tony, angka suntikan dana pada saat itu mencapai 50 persen dari pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB).

Tony berpendapat, merosotnya nilai tukar rupiah bukan disebabkan oleh lemahnya fundamental ekonomi Indonesia.

Tapi dikarenakan adanya perbaikan ekonomi AS, di mana satu di antara indikatornya adalah membaiknya penyerapan tenaga kerja di AS.

Terakhir tercatat pertumbuhan ekonomi AS berada di angka 2,9 persen.

Angka tersebut sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi AS di tahun 2008.

Tony memprediksi nilai tukar rupiah akan masih tertekan seiring dengan rencana bank sentral AS, The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan hingga 3,25 persen. (TribunWow.com/ Rekarinta Vintoko)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
RupiahPresiden Joko Widodo (Jokowi)Rachland Nashidik
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved