Kabar Tokoh
Sindir Pemerintah terkait Impor, Ferdinand Hutahaean: Sebetulnya Dia Bisa Mimpin Nggak Sih
Ferdinand menyebut impor makanan meningkat hingga 94,19 persen, sedangkan impor migas mencapai 54,1 persen di bulan Agustus 2018.
Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengkritik pemerintah terkait impor Indonesia.
Hal ini disampaikan Ferdinand melalui laman Twitternya @LawanPoLitikJW, Selasa (18/9/2018).
Ferdinand menyebut impor makanan meningkat hingga 94,19 persen, sedangkan impor migas mencapai 54,1 persen di bulan Agustus 2018.
Ferdinand pun melayangkan pertanyaan kepada pemerintah yang sebut akan hentikan impor.
"Saya masih ingat ada yang ngomong serius hentikan impor, hatinya menangis dengar impor.
Faktanya seperti ini, impor makanan saja meningkat 94,19% Agustus 2018 dan Impor Migas 54,1%.
Sebetulnya dia bisa mimpin nggak sih? Kok begini realitas tidak sesuai kata?" tulis Ferdinand dalam akun Twitternya.
• Donald Trump Umumkan Tarif Baru terhadap Impor China, IHSG Siap-siap Melemah

Diberitakan dari Kompas.com, Senin (17/9/2018), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor nonmigas Indonesia Agustus 2018 mencapai 13,79 dolar Amerika Serikat (AS).
Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 11,79 persen dari bulan Juli 2018.
Meski turun, impor nonmigas menjadi penyumbang terbesar total impor dengan total 85 persen.
Impor komoditas susu, mentega, dan telur mengalami peningkatan besar yakni 94,19 persen dibanding bulan Juli 2018.
Data BPS menunjukkan nilai impor susu, mentega, dan telur di bulan Agustus 2018 mencapai 100,2 juta dolar AS.
Impor susu pada Agustus 2018 mencapai 23,9 ton dengan total nilai 55 juta dolar AS.
Kemudian untuk impor telur unggas di bulan Agustus mencapai 1,23 ton atau senilai 24.285 dolar AS.
Rincian impor mentega pada Agustus 2018 mencapai 18,3 juta dolar AS.
• Defisit Neraca Perdagangan Capai USD 1,02 Miliar, Sri Mulyani Sebut Impor Migas Jadi Biang Kerok
BPS mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia selama Agustus 2018 mencapai 1,02 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan impor migas menjadi 'biang kerok' defisit neraca perdagangan pada Agustus 2018.
Nilai impor yang lebih besar mencapai 16,84 miliar dolar AS dibandingkan dengan ekspor sebesar 15,82 miliar dolar AS menyebabkan defisit neraca perdagangan.
Berdasarkan data BPS, impor migas pada Agustus 2018 naik 51,43 persen year on year (yoy).
Sedangkan ekspor migas hanya tumbuh sebesar 12,24 yoy.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah akan melihat defisit perdagangan migas yang terjadi apakah tren atau anomali.
"Defisit untuk migas masih cukup tinggi sehingga kita mengalami defisit. Oleh karena itu, untuk pelaksanaan program B20 dan kenaikan impor migas terutama pada bulan sebelum pelaksanaan B20 akan kami lihat," ujar Sri Mulyani, dilansir TribunWow.com dari Kontan.co.id, Senin (17/9/2018),
Selanjutnya, Sri Mulyani menjelaskan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan berupaya keras untuk mengurangi defisit neraca perdagangan.
• Impor Januari-Agustus 2018 Capai 16,84 Miliar Dolar AS, Naik 24,65 Persen dari Tahun Lalu
"Berdasarkan pembahasan dengan para menteri, Pertamina, BUMN, Kementerian ESDM, Menko Perekonomian, dan BI, kami akan terus mencoba menjaga dan melihat perkembangannya ke depan," tambah Sri Mulyani.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan dinilai akan terus berlanjut hingga akhir tahun, diberitakan dari Kontan.co.id, Minggu (16/9/2018),
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksi defisit neraca perdagangan mencapai 5 miliar dolar AS.
Angka ini berbanding terbalik dengan tahun 2017 dimana neraca perdagangan surplus hingga 11,8 miliar dolar AS.
Perang dagang antara China dengan AS memberikan dampak negatif bagi neraca perdagangan Indonesia.
Hal ini karena China terus melempar produksinya ke Indonesia setelah produknya dihambar masuk ke AS.
Total impor yang masuk ke Indonesia dari China naik hinga 32 persen dari bulan Januari hingga Juli 2018.
• Ronnie Higuchi Rusli Sebut Kebijakan Impor Beras Pemerintah Mengundang Kritik yang Berujung Bully
Nilai impor dari China mencapai 24,8 miliar dolar AS atau sekitar 27,3 persen dari total impor non migas.
"Sebagai pasar yang besar di ASEAN dengan 260 juta penduduk, Indonesia adalah sasaran empuk dari ekspor negara lain," ujar Bhima.
Selain itu, kenaikan harga minyak mentah dunia dan pelemahan kurs rupiah membuat impor migas semakin melebar.
Bhima menyebut tren kenaikan impor akan mencapai puncaknya di bulan Oktober hingga November 2018.
Sementara itu, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksi defisit neraca perdagangan pada Agustus 2018 mencapai 1,08 miliar dolar AS.
David memperkirakan ekspor tumbuh 7,5 persen yoy, sedangkan impor tumbuh 29,2 yoy.
"Impor yang masih naik tinggi bahan baku. Barang modal tren menurun. Dan barang konsumsi masih tinggi tapi tren ke depan menurun," ujar David. (TribunWow.com/ Qurrota Ayun)