Gejolak Rupiah
Ferdinand Hutahaean: Kehancuran Ekonomi adalah Salah Rakyat
Menurut Ferdinand Hutahaean, rakyat telah salah memilih presiden yang tidak bisa mengurus negara dengan benar.
Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Claudia Noventa
“Sehingga dua hari ini supply dan demand berlangsung dan ini penting untuk nilai tukar yang menguat,” ujar Perry Warjiyo.
Oleh sebab itu, BI memberikan apresiasi kepada pelaku ekonomi yang menjual valasnya sehingga menambah suplai di pasar.
• Sandiaga Nilai Pemerintah Tak Berhasil Mendayagunakan Ekonomi Rakyat
Sementara itu, BI dan pemerintah akan terus melakukan langkah nyata untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.
Meski menguat, Perry Warjiyo menuturkan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih di luar nilai fundamentalnya.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator makro ekonomi Indonesia yang membaik.
Sebagai contoh, di bulan Agustus tercatat deflasi 0,05 persen.
Pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2018 tercatat 5,27 persen.
Sedangkan pertumbuhan kredit berada diatas 11 persen di bulan Juli 2018.
• Mahfud MD Ungkap Hasil Diskusinya dengan Halim Alamsyah soal Gejolak Rupiah
"Tentu saja (di luar fundamental). Kalau kita lihat, pergerakan inflasi yang sangat rendah, malah deflasi di Agustus, pertumbuhan ekonomi cukup bagus, perbankan yang kuat, kredit yang tumbuh lebih dari 10%,” ujar Perry Warjiyo.
Perry Warjiyo menambahkan, dibanding saat ini, ke depan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa terus menguat.
Dikutip dari bi.go.id, Jumat (7/9/2018), nilai tukar rupiah mencapai Rp 14.884 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor).
Sedangkan kurs transaksi Bank Indonesia menunjukkan Rp 14.958 per dolar AS untuk kurs jual dan Rp 14.810 untuk kurs beli. (TribunWow.com/ Qurrota Ayun)