Breaking News:

Gejolak Rupiah

Mahfud MD Ungkap Hasil Diskusinya dengan Halim Alamsyah soal Gejolak Rupiah

Dari hasil diskusi menyebutkan terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan.

Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Astini Mega Sari
Twitter @mohmahfudmd
Mahfud MD dan Dr Halim Alamsyah (kiri) 

TRIBUNWOW.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD melakukan diskusi dengan ekonom sekaligus Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dr Halim Alamsyah mengenai perekonomian Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Mahfud melalui akun Twitternya @mohmahfudmd, Sabtu (8/9/2018).

Mahfud mengatakan, menurut Halim, situasi ekonomi Indonesia tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan meski nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat dan tidak seperti di tahun 1997 maupun 1998.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa pemerintah masih memiliki pilihan kebijakan untuk mengatasi gejolak rupiah.

Ekonom Sebut Rupiah Masih Bisa Tertekan karena Isu Eksternal

"Habis berdiskusi degan ekonom yang juga Ketua LPS Dr. Halim Alamsyah. Katanya kita tak perlu khawatir berlebihan degan ekonomi kita meskipun rupiah melemah terhadap dollar. Selain fundamental ekonomi kita kuat, tak seperti tahun 1997/1998, Pemerintah masih punya pilihan-pilihan kebijakan untuk mengatasinya," tulis Mahfud MD dalam akun Twitternya.

Unggahan Mahfud MD pada Twitter
Unggahan Mahfud MD pada Twitter (Twitter @mohmahfudmd)

Diberitakan sebelumnya, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan anggapan kondisi ekonomi Indonesia pada saat ini lebih buruk dari tahun 1998.

Ekonom Sebut Rupiah Masih Bisa Tertekan karena Isu Eksternal

Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, Rabu (5/9/2018), Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memastikan depresiasi atau pelemahan rupiah yang terjadi pada saat ini berbeda dengan depresiasi rupiah di tahun 2018.

"Pelemahan rupiah tahun ini dibandingkan 1998 yg anjloknya 80 persen dari Rp 2.500 secara tiba-tiba ya sangat jauh ya. Selain itu, waktu itu juga tidak ada kenaikan gaji sehingga daya beli masyarakatnya menurun dan harga-harga melonjak tinggi," ujar David kepada Kompas.com, Selasa (4/9/2018).

Menurut David, meski ada pelemahan rupiah, tahun ini diiringi dengan kenaikan gaji dan harga kebutuhan cukup terjaga.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memaparkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini sangat berbeda dengan kodisi ditahun 1998.

Tahun 1998, krisis ekonomi Indonesia diawali krisis mata uang bath Thailand.

Rupiah Mulai Menguat, Bank Indonesia Beri Tanggapan

Krisis diperburuk dengan pengelolaan utang luar negeri swasta yang tidak berhati-hati.

Selain itu penggunaan utang jangka pendek sebagai pembiayaan usaha jangka panjang pada usaha domestik ikut memperparah kondisi ekonomi Indonesia.

"Krisis utang swasta tersebut yang kemudian mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat depresiasinya mencapai sekitar 600 persen dalam kurun waktu kurang dari setahun, dari Rp 2.350 per dolar AS menjadi Rp 16.000 per dolar AS," jelas Josua.

Josua menambahkan, pengelolaan utang luar negeri swasta pada saat ini cenderung lebih berhati-hati.

Bank Indonesia (BI) juga telah mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi dalam rangka mengelola risiko nilai tukar. (TribunWow.com/ Qurrota Ayun)

Tags:
Mahfud MDRupiahTwitter
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved