Ruhut Sitompul: Masih Sangat Wajar Rupiah Merosot 10 Persen
Ruhut Sitompul memaparkan laju inflasi yang minus 0,05 persen mencerminkan pemerintah masih dapat mengendalikan perekonomian.
Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM -Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Ruhut Sitompul memberikan tanggapan terkait nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Ameria Serikat (AS).
Dilansir TribunWow.com, hal ini disampaikan melalui laman Twitternya @ruhutsitompul, Rabu (5/9/2018).
Ruhut Sitompul menilai masih sangat wajar jika rupiah merosot sebesar 10 persen.
Selain itu suku bunga acuan yang diterapkan pemerintah sebesar 5,5 persen dan laju inflasi minus 0,05 persen menurutnya mencerminkan pemerintah masih dapat mengendalikan perekonomian Indonesia.
• Roy Suryo Dituding Bawa 3.226 Aset Negara, Andi Arief: Barang Rumah Konglomerat Aja Tak Sebanyak Itu
Ruhut Sitompul juga mempercayakan ekonomi Indonesia dibawah pemerintahan Presiden RI Joko Widodo.
"Percayakan Kepada Pemerintahan yang dipimpin Pak Joko Widodo Presiden RI ke 7 mengenai Ekonomi Indonesia sekarang ini, “Masih sangat Wajar Rupiah merosot 10% Suku Bunga 5,5% bahkan Inflasi malah Minus 0,05 % Jadi Pemerintah dapat Mengatasinya” #2019 Pak JOKOWI 1X Lagi MERDEKA," tulis Ruhut Sitompul di akun Twitternya.

Dikutip dari data Bloomberg.com, Rabu (5/9/2018) menunjukkan nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.935 per dolar AS.
Meski demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut nilai tukar rupiah yang merosot pada saat ini sudah keluar dari fundamentalnya, diberitakan dari Kontan.co.id, Rabu (5/9/2018).
“Betul bahwa rupiah ini tergantung juga dengan sentimen pasar, tetapi hitungan fundamentalnya harusnya tidak selemah ini,” ujar Perry Warjiyo.
• BBM Tidak Naik meski Rupiah Anjlok, Rachland Nashidik: Jelang Pilpres 2019, Jokowi Tak Berani
Menurut Perry Warjiyo, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dipengaruhi oleh sentimen negatif.
Baik itu sentimen negatif dari dalam atau pun luar negeri.
Dari luar negeri misalnya kenaikan Fed Fund Rate, tekanan dari Argentina dan Tukri serta isu perang dagang.
Dari dalam negeri sendiri misalnya pembelian valas yang dilakukan perusahaan untuk aktivitas impor yang besar.
BACA JUGA: Rupiah Makin Anjlok, Para Ekonom Sebut Pemerintah Salah jika Anggap Kondisi Ini Aman
Untuk sentimen dari dalam negeri, Perry Warjiyo mengimbau kepada pelaku pasar untuk tidak perlu menubruk dolar AS.
“Kami sampaikan ke importir dan korporasi yang butuhkan valas tidak perlu menubruk-nubruk. Kami sudah sediakan swap. Swap Jumat lalu, targetnya US$ 400 juta dan realisasinya US$ 850 juta. Kami juga di BI komitmen stabilkan rupiah dan meningkatkan intensitas intervensi kami,” jelas Perry Warjiyo.