Pilpres 2019
Minta Jokowi Umumkan Cawapres, Wasekjen Demokrat: Bila Figurnya Tepat, Bukan Mustahil Kami Mendukung
Rachland Nashidik memberikan pendapat terkait calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Astini Mega Sari
Kini Demokrat adalah shelter bagi mereka yang mau ganti Presiden pada 2019.
Tiba masa Indonesia memiliki pemimpin baru," tambah Rachland.
Di akhir kicauannya, Rachland mengatakan apapun akan dilakukan agar bisa berganti presiden.
"Saya mau ganti Presiden! Kalau demi itu saya harus bekerja sama dengan setan, saya akan lakukan.
Apalagi cuma kerjasama dengan Prabowo," pungkas Rachland.
• Romahurmuziy Sebut Koalisi Jokowi Tidak Menutup Diri pada Parpol Lain yang Ingin Bergabung
Sementara itu, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menilai, hambatan koalisi antara Partai Demokrat dan partai pengusung Presiden Joko Widodo lebih disebabkan faktor internal partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu ketimbang eksternal.
Hal itu disampaikan Hendrawan menanggapi pernyataan SBY soal adanya hambatan kala menjalin koalisi dengan Jokowi.
"Menurut penilaian kami, lebih banyak kendala internal Demokrat sendiri," ujar Hendrawan saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Ia mengatakan, salah satu kendala internal yang muncul dari Demokrat ialah upaya menyodorkan anak SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai cawapres.
Hal itu, kata Hendrawan, terlihat dari upaya Demokrat saat memasangkan AHY dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
"Jadi itu sebabnya karena psikologi politik seperti itu. Kita mesti mengusung capres atau cawapres sehingga partai yang menengah ini cenderung over expectation, cenderung ketika maju ke meja negosiasi call-nya terlalu tinggi. Contohnya, Demokrat mesti memasang AHY ke Gerindra," ujar dia.
Hendrawan menganggap wajar upaya itu.
Pasalnya, Demokrat yang kini berstatus partai menengah dulunya pernah menikmati status sebagai partai yang memiliki kursi terbanyak di DPR.
• Andi Arief: Bukan Politik Dinasti, SBY dan Demokrat Sukses Regenerasi
Namun, lanjut Hendrawan, logika itu tak bisa dipakai ketika hendak berkoalisi dengan enam partai politik yang telah mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi sejak awal.