Rupiah Tembus Rp 14.404, Fadli Zon Buka Data: Pemerintah Bohongi Dirinya Sendiri

8) Sehingga, tiap kali kita impor, membayar dividen, atau membayar bunga dan cicilan utang, selalu terjadi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.

9) Inilah poin yg kemarin diingatkan oleh Ketua Umum @Gerindra, P @prabowo soal bahayanya perekonomian yg ditopang oleh utang. Per 30 April 2018, posisi utang pemerintah sudah mencapai Rp4.180,61 triliun.

10) Dari jumlah tsb, 41 persen di antaranya berdenominasi valuta asing (valas), baik dalam bentuk pinjaman, SBN (Surat Berharga Negara), maupun SBN Syariah.

11) Dengan komposisi utang valas yang demikian besar, maka pembayaran beban utang, baik cicilan jatuh tempo maupun bunga, tentunya terikat pula dgn mata uang asing.

12) Ada tiga mata uang asing yg mendominasi utang kita, yaitu dollar, Yen, dan Euro.

Shgga, dampak dari pelemahan Rupiah thdp sejumlah mata uang asing utama pasti akan menambah jumlah utang dlm Rupiah dan menambah beban yg harus dipikul APBN.

13) Dlm catatan sy, jika disetarakan, jumlah utang kita dlm bentuk valas ekuivalen dgn US$109,6 miliar.

Sehingga, setiap kali nilai tukar Rupiah terdepresiasi Rp100, maka jumlah utang kita akan naik lebih dari Rp10 triliun.

14) Semakin besar depresiasinya, jumlah nominal yg harus kita bayar juga menjadi semakin besar.

15) Itu baru bab utang pemerintah, belum lagi jika kita membahas utang sektor publik secara keseluruhan yg hampir Rp. 9.000 triliun.

Atau jika kita ikut memperhitungkan utang swasta yg per Februari 2018 sudah mencapai Rp2.351,7 triliun.

16) Besar sekali risiko yg bisa kita terima akibat depresiasi nilai tukar ini.

Pada saat krisis 1997/1998, kita banyak sekali kehilangan aset strategis gara-gara krisis utang ini.

17) Jadi, di tengah depresiasi Rupiah yg terjadi terus-menerus, pemerintah tak lagi bisa berdalih jika utang Indonesia saat ini berada pada kondisi yg aman.

Dalih itu membohongi diri sendiri.

• Kalah dari Khofifah di Pilkada Jatim, Gus Ipul Tetap Berterima Kasih pada Seluruh Relawan