Pidato selama 37 Menit, Prabowo Beberkan Puluhan Kritik untuk Jokowi, Berikut Isi Lengkapnya!
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto melontarkan berbagai kritik di pemerintaha era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
Banyak yang menggunakan pancasila dan UUD 1945 sebagai mantra dan slogan tetapi hakekatnya tidak dipahami dan tidak mau dilaksanakan.
Sebagai contoh, pancasila terdiri dari 5 sila, tetapi sering kelima itu tidak dijalankan.
Sebagai contoh ekonomi kita tidak berpatok pada keadilan sosial, ujarnya.
• Dapat Dukungan dari Simpatisan, Prabowo Subianto: Terima Kasih, Saya Hanya Alat
Ini saya katakan berkali-kali, sudah bertahun-tahun, dan inilah sebabnya bahwa kita selalu lemah gaji kita sangat kecil, penghasilan kita sangat kecil, itupun bagi orang yang punya pekerjaan. Mereka yang punya pekerjaan, penghasilannya kecil, tidak mencukupi, tidak memadai. Dan selalu dikatakan anggaran terbatas, tidak ada anggaran, dan sebagainya, dan sebagainya. Alias, maksudnya adalah tidak ada uang di Indonesia.
Dengan istilah yang sangat normatif, yang sangat birokratis, anggaran terbatas. Kalau anggaran terbatas kan tidak ada uang. Bahkan kita sekarang meminjam uang untuk membayar bunga utang. Kita meminjam uang sebagai bangsa, sebagai negara, untuk membayar gaji saudara-saudara. Ini adalah keadaan ekonomi yang tidak masuk akal. Tidak ada lembaga keuangan di seluruh dunia yang berani meminjamkan uang untuk biaya overhead, untuk biaya gaji, secara ekonomis ini tidak masuk akal.
Tapi negara kita, bangsa kita yah harus menerima kenyataan bahwa bangsa kita pinjam uang untuk bayar hutang, dan bangsa kita pinjam uang untuk bayar gaji pegawai.
Saudara-saudara, keadaan ini membuat kita sungguh-sungguh lemah. Susahnya uang beredar, satu persatu aset bangsa, satu persatu lembaga-lembaga kita, satu persatu kekayaan negara terus berjatuhan dikendalikan dan dikuasai bangsa asing.
• Ditanya Alasan Tidak Menonton Piala Dunia, Prabowo Subianto: Jujur, Saya Sedih dan Prihatin
Pelabuhan yang begitu vital, pelabuhan udara yang begitu vital, yang merupakan jalur bernafas sebuah bangsa, banyak sekarang sudah dikendalikan oleh bangsa asing. Saudara-saudara, sumber-sumber ekonomi kita juga sudah lepas kendali dari penguasaan negara dan bangsa Indonesia.
Di berbagai negara lain, ini disebut state capture, fenomena ini disebut bahwa negara sedang dikuasai atau dijajah oleh kerjasama antara beberapa pejabat dan pihak swasta dan pihak asing.
Saudara-saudara, kondisi inilah yang membuat bangsa Indonesia menjadi lemah. Tentara kita lemah, Angkatan Udara kita lemah, Angkatan Laut kita lemah, kekayaan kita diambil. Dan dengan demikian kita merasa kondisi ekonomi kita semakin memprihatinkan, semakin menyusahkan kehidupan rakyat.
Sewaktu-waktu pihak yang berkuasa melakukan aksi, apakah membagi-bagi uang, membagi-bagi mungkin paket-paket tertentu atau melaksanakan kebijakan-kebijakan yang populis, tapi pada hakikatnya ini tidak memperkuat keadaan ekonomi kita.
• Prabowo: Dulu Semua Pemimpin Harus Bisa Menunggang Kuda
Saudara-saudara, ilmu ekonomi mengajarkan bahwa kekayaan itu adalah tanah, yaitu bumi dan air. Karena dari tanah dari bumi kita bisa menghasilkan pangan. Tidak ada negara yang merdeka kalau negara itu tidak bisa memberi makan bagi bangsanya. Saya ulangi. Tidak ada negara yang merdeka kalau negara itu tidak bisa memberi makan kepada rakyatnya. Suatu bangsa butuh pangan dan butuh energi, butuh bahan bakar masak, butuh bahan bakar motor, mobil, pesawat terbang, listrik, dan sebagainya.
Karena itu sebetulnya kunci pengaman kita ada di pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, yaitu bahwa bumi dan air dan semua kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dikuasai oleh negara. Saudara-saudara, ini kuncinya. Karena sistem ekonomi ini timpang, kondisi inilah yang sekarang kita hadapi.
Dengan demikian saudara-saudara kemerdekaan dan kedaulatan kita terancam. Sekarang mereka yang punya uang banyak hasil dari kelemahan negara kita untuk menjaga kekayaan bangsa Indonesia, dengan juga merajalelanya korupsi, melemahnya lembaga-lembaga kita, semakin banyak uang yang diambil, akibatnya kekuatan politikpun terancam.
Sekarang saat-saat yang kritis, ada kekuatan-kekuatan yang punya uang merasa bisa menentukan siapa yang akan jadi bupati, wali kota, gubernrur, bahkan presiden Republik Indonesia yang akan datang.