Breaking News:

Fadli Zon Singgung Revolusi, Rustam: Apa Anda Sebagai Wakil Rakyat Anjurkan Pemerintahan Diktator?

Fadli Zon membahas mengenai revolusi, di mana menurutnya saat ini yang dibutuhkan Indonesia saat ini bukanlah reformasi, melainkan revolusidaritas.

Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Kolase/TribunWow.com
Rustam Ibrahim dan Fadli Zon 

TRIBUNWOW.COM - Direktur LP3ES Rustam Ibrahim tampak menanggapi pernyataan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari laman Twitter Rustam Ibrahim yang diunggah pada Senin (21/5/2018).

Awalnya, Fadli Zon membahas mengenai revolusi, di mana menurutnya saat ini yang dibutuhkan Indonesia saat ini bukanlah reformasi, melainkan revolution from above.

Faizal Assegaf: Fahri Stop Menipu Semua Fakta Akan Saya Adukan ke Polri, Sampai Ketemu di Pengadilan

Cara yang paling gampang untuk mewujudkannya adalah dengan mengganti presiden 2019 mendatang.

@fadlizon: Mungkin yg kita butuhkan skrg bukan reformasi tapi #revolusidariatas (revolution from above), caranya yg paling mudah #2019GantiPresiden

Menanggapi hal tersebut, Rustam Ibrahim pun menanyakan maksud omongan Fadli Zon.

Apakah Fadli Zon sedang menganjurkan perlunya pemerintahan yang diktator?

@RustamIbrahim: Apa yang anda maksud dengan #revolusidariatas (revolution from above) @fadlizon?
Apakah anda sebagai wakil rakyat sedang menganjurkan perlunya pemerintahan otoriter atau diktatur?

Sebab demokrasi selalu mensyaratkan persetujuan dari bawah (rakyat).

Kabar Alquran Diambil Sebagai Bukti, Fadli Zon: Tak Pantas, Logika yang Keliru dan Sangat Melecehkan

Postingan Rustam-Fadli
Postingan Rustam-Fadli (Capture/Twitter)

Sebelumnya, melalui akun Twitternya yang diposting pada Minggu (20/5/2018), Fadli Zon menuliskan catatannya terkait reformasi.

Dalam catatannya, Fadli Zon menyoroti sejumlah hal, termasuk perekonomian Indonesia.

Berikut pernyataan lengkap Fadli Zon.

"Hari ini 20 Mei 2018, menandai 110 tahun bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional, yg merujuk pd perjuangan Boedi Oetomo tahun 1908.

Momentum hari kebangkitan nasional mengingatkan kita agar tak menuju kebangkrutan nasional.

Tanggal 20 Mei 1908, merupakan momentum penting bagi terbitnya fajar kesadaran nasional.

Naluri pokok ingin merdeka dan hidup bermartabat sebagi bangsa, diikat oleh semangat persatuan dan kesatuan.

Dengan itu, kita berhasil meraih kemerdekaan. Namun meski sudah merdeka, apakah kini negara kita telah benar-benar bangkit? Atau sebaliknya justru menuju kebangkrutan?

Pemerintah kerap bangga dgn status sbg bangsa yg dianugerahi kekayaan sumber daya alam melimpah, posisi geografis strategis, dan sumber daya manusia yg besar.

Namun ironisnya, posisi Indonesia justru cukup tertinggal dengan negara-negara yang potensi sumber daya alamnya nya jauh di bawah kita.

PDB perkapita kita hanya USD 3800. Angka ini jauh di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, dan juga Thailand.

Bahkan menurut UNDP Report on Financing the Sustainable Development Goals (SDGs) in ASEAN, di seluruh Asia Tenggara, 36 juta penduduknya hidup dlm kemiskinan.

Menyedihkan lagi, 90 persennya tinggal di Indonesia dan Filipina. Ini suatu fakta ironis.

Padahal, menurut catatan US Geological Survey, per 2014 dari segi cadangan SDA, Indonesia mempunyai cadangan timah terbesar kedua sedunia, emas nomor 6, dan energi panas bumi nomor 1.

Sedangkan dari sisi produksi, negara kita merupakan penghasil nikel terbesar ketiga di dunia, bauksit nomor 2, gas nomor 9, batubara nomor 6, dan crude palm oil nomor 1.

Dengan situasi ini, apakah kita termasuk negara, yg dlm istilah Richard Auty (ekonom Inggris), mengalami resources curse- “kutukan sumber daya alam?

Perekonomian kita sebenarnya memiliki potensi besar.

Namun sayangnya, potensi tsb dikelola scr tak serius. Dari catatan yg sy peroleh, dari total 255 blok migas yg ada, sekitar 70% sdh dikuasai dan dikelola oleh kontraktor asing

Bahkan saat ini PGN (Perusahaan Gas Nasional) jg berpotensi mengalami hal serupa.

Dimana penguasan swasta dan asing terhadap PGN telah mencapai 43%. Jumlah ini belum ditambah dgn total utang PGN.

Jika dimasukan, maka penguasaan swasta dan asing atas PGN telah mencapai 84% dari total asset PGN.

Indikasi kebangkrutan kita jg dpt dilihat dari kondisi neraca perdagangan kita.

Seperti telah sy sampaikan sebelumnya, defisit neraca perdagangan kita pd April lalu mencapai US$1,63 miliar.

Ini angka terendah sejak tahun 2014, dan menunjukkan betapa keroposnya perekonomian kita.
Sepanjang 2018, hanya pd bulan Maret kemarin neraca perdagangan kita surplus.

Situasi ini cukup ironis di tengah upaya pemerintah yang sangat kencang mengkampanyekan diplomasi ekonomi.

Kondisi ini diperparah lagi dengan peningkatan utang luar negeri, yg semakin membuat kita tdk berdaulat.

Utang luar negeri kita telah melampaui Rp 5000 trilyun.

Situasi ini tentunya tak dapat terus dibiarkan. Kita tdk ingin negara ini terus berada pada jalur kebangkrutan. Harus mengubah arah.

Jangan pula pernah menarik mundur semangat Kebangkitan Nasional dengan melepas pengelolaan SDA kita kpd asing.

Karena itu, Hari Kebangkitan Nasional harus menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia, terutama pemerintah, untuk keluar dari jalan kebangkrutan menuju jalan kebangkitan. SELAMAT HARI KEBANGKITAN NASIONAL," tulis Fadli Zon. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)

Singgung Amerika, Fahri Hamzah: Tolong Istana Jangan Terusin, Mereka Mau Kirim Wabah Itu ke Sini

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Rustam IbrahimFadli ZonHari Kebangkitan NasionalTwitter
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved