Fahri Hamzah Tuding Presiden Mengadu Domba, tak Punya Narasi, Penyebab Masyarakat Terpecah
Memperingati Hari Kebangitan Nasional, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat menyoroti sejumlah hal terkait bangsa Indonesia.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Mulai dari gelombang menuju persatuan, gelombang membebaskan diri dari penjajahan, hingga gelombang menghadapi ujian kepemimpinan dan transformasi yang terus menerus terjadi tanpa henti. Tanpa jera!
Hari ini, di momentum kebangkitan nasional, adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk melakukan refleksi. Sejak 2008 saat #BoediOetomo lahir.
Dan saat ini tepat merenungi Atas apa yang terjadi dengan bangsa ini.
Adu domba terjadi saat Aneksasi modal dari luar yang luar biasa, perampokan SDA kita yang ugal-ugalan.
Intervensi bangsa asing yang membuat kita nampak tidak berdaya sesungguhnya adalah pertanda bahwa kita sedang terpuruk. Kita dalam ujian besar.
Kita memerlukan momentum kebangkitan. Kebangkitan Indonesia raya.
Ini momentum kita,
Ini saat memutar haluan yang salah. Ini saat menentukan!
##Harkitnas2018

Saya katakan. Bahwa bangsa ini hanya bisa bangkit, kalau kita bersatu.
Kita hanya bisa bersatu, kalau ada yang mempersatukan. Kita akan bisa dipersatukan oleh kesamaan pikiran. Oleh ide-ide dan narasi kebangsaan kita.
Dan kalau kita menelusuri sejarah bangsa Indonesia, maka pada awalnya, kita disatukan oleh ide-ide tentang perlunya Indonesia merdeka.
Terbebas dari penjajahan. Menentukan nasib perjalanan kita sendiri. Lepas dari bangsa-bangsa yang menjajah.
Lalu para pemimpin kita, menyatukan kita dalam narasi yang luar biasa.
Menjurubicarai perasaan bangsa Indonesia. Menyerap saripati dari seluruh pikiran dan hati rakyat kita.
Menyuarakannya dalam setiap kesempatan hingga rakyat bersatu karenanya.
Para pemimpin kita dulu, ingin dirinya menjadi penjelmaan dari seluruh kehendak rakyat negeri ini.
Bung Karno misalnya, menyebut dirinya sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.