Kisah Pawang Buaya yang Berhasil Memanggil Buaya untuk Mengembalikan Jasad Korban yang Dimangsa
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTT mencatat sedikitnya 41 warga NTT kehilangan nyawa karena diterkam buaya.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
Alfons mengisahkan, saat menolong korban Yoseph Klau (62), di Desa Weoe, ia ke lokasi dan menyiram sirih pinang ke air sambil berkomunikasi dengan buaya.
"Saya sebut tiga kali, o'e..o'e..o'e. Kemarin kamu tangkap orang ini. Kalau masih ada, tolong kembalikan kasih saya biar sepotong. Di mana kamu simpan, tolong bawa dia ke pinggir tebing," tutur Alfons meniru cara komunikasi dengan buaya.
Setelah berkomunikasi seperti itu, kata Alfons, buaya muncul membawa sepotong tubuh korban ke pinggir kolam.
Lalu Alfons menyiram lagi obat ke air sambil berkomunikasi.
Selang beberapa menit, tutur Alfons, buaya membawa lagi sepotong tubuh korban.
Kali ketiga, Alfons menyiram lagi obat ke air seraya berkomunikasi dengan buaya dan buaya langsung membawa jasad korban utuh ke pinggir kolam.
Setelah jasad korban sudah dikembalikan semua, Alfons membuat lagi ritual adat untuk pendinginan jasad sebelum keluarga mengevakuasi jasad korban ke rumah duka.
Ritual adat pendinginan itu berupa percikan air kepada seluruh warga yang hadir di lokasi.
Ritual ini sebagai tanda bahwa seluruh warga yang hadir telah bersatu dan memiliki tujuan yang sama mencari korban.
Menurut Alfons, jika buaya belum memangsa semua tubuh korban, maka di saat minta untuk dikembalikan, buaya pasti membawa tubuh korban.
Jika buaya sudah mangsa seluruh tubuh korban, lanjut Alfons, tetap dilakukan komunikasi dengan buaya untuk memastikannya.
"Kalau sudah tidak ada, saya omong lagi. Tolong naik ke atas supaya saya pulang," demikian Alfons. (*)
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul: Buaya Terkam 41 Warga NTT. Pawang Senior di Malaka Menyebut Penyebab Utamanya Berikut Ini