Ada Kisah Bahagia yang Dirasakan Istri Guru yang Tewas Dianiaya Siswa, Hasil USG Buatnya Bersyukur
Sianit Sinta (23), istri almarhum Achmad Budi Cahyono, guru SMAN 1 Torjun (SMATor) , Sampang Madura yang tewas usai dianiaya siswanya tampak kelelahan
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUNWOW.COM, SAMPANG - Sianit Sinta (23), istri almarhum Achmad Budi Cahyono, guru SMAN 1 Torjun (SMATor) , Sampang Madura yang tewas usai dianiaya siswanya tampak kelelahan.
Seharian perempuan yang tengah hamil 5 bulan ini terus menerus menerima kedatangan tamu yang datang melayat di rumahnya.
Memang, sejak kepergian suaminya Kamis (4/2/2018), tak henti-henti mendatangi kediamannya.
Ada satu bantal kecil di belakang punggung Sianit untuk menjaga agar punggungnya tetap lurus.
Namun, siapa sangka di tengah kecapekannya karena harus menerima tamu setiap harinya, ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan Sianit.
Kebahagiaan tersebut tidak lain setelah ia melakukan pemeriksaan Ultrasound Sonography (USG) terhadap calon bayi yang dikandungnya.
BACA: Wanita Ini Dipenjara usai Membantu Kekasihnya Memerkosa Anak Sekolah Dua Kali
"Alhamdulillah, aktivitas padat tidak mengganggu kehamilan saya, bahkan kemarin saya periksa USG, calon bayinya ternyata laki-laki,” tutur Sianit, sembari tersenyum.
Sianit berharap, kahamilannya lancar hingga persalinan. Dan kelak anaknya tersebut bisa meneruskan perjuangan almarhum ayahnya.
“Semoga lancar hingga lahiran, juga bisa meneruskan perjuangan almarhum Mas Budi di sekolah,” terang alumni MAN 1 Sampang tersebut.
Sedang Lukman (30) adik ipar Budi membenarkan kabar jenis kelamin calon keponakannya tersebut.
“Iya benar Mas, kemarin saya dan keluarga mengantar Mbak Sianit untuk periksa USG, Alhamdulillah calon bayinya laki-laki,” terang laki-laki hobi sepakbola tersebut.
Lukman juga mengaku bersyukur, kehamilan kakak iparnya tersebut terus diberikan kesehatan.
“Alhamdulillah, kandungan Mbak Sianit sehat meskipun aktivitas sehari-harinya sangat berat, apalagi hari pertama meninggalnya Mas Budi,” terang Lukman.

Diakui Lukman, hingga hari keenam kepergian kakaknya, petakziah terus datang ke rumah.