Pengakuan Mantan Agen Rahasia Wanita Korea Utara yang Pernah Ledakkan Pesawat Korea Selatan
Seorang agen perempuan Korea Utara yang meledakkan pesawat milik maskapai Korean Air memberikan pengakuan terinci soal aksi mautnya itu.
Editor: Galih Pangestu Jati
Di atas Laut Andaman bom radio itu meledak dan mengakibatkan pesawat berisi 115 orang penumpang itu jatuh ke laut.
Sesuai rencana Kim dan rekannya harus melarikan diri lewat Roma dan Vienna.
Namun, rencana tersebut gagal setelah mereka ditangkap di Bahrain.
Akhirnya, mereka terpaksa melaksanakan rencana "B" yaitu menelan pil berisi racun sianida yang disembunyikan di dalam filter rokok.
"Kami dilatih bahwa jika seorang agen gagal melaksanakan tugas maka dia harus bunuh diri. Kami harus menelan pil sianida untuk menjaga rahasia," lanjut Kim.
"Kami tahu, jika kami tak melakukannya, keluarga kami di Korea Utara akan menderita, jadi kami memilih menelan pil itu meski sempat terlintas hidup saya selama 25 tahun harus berakhir."
Kim dan rekannya kemudian menelan pil itu.
Namun, pil itu ternyata tidak menewaskan Kim meski rekannya meninggal dunia.
Setelah ditangkap, Kim diekstradisi ke Seoul dan selama delapan hari dia mencoba bertahan dengan membantah semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya.
Namun, akhirnya agen perempuan itu menyerah, diajukan ke pengadilan, dan dijatuhi hukuman mati pada Maret 1989.
Namun, kemudian presiden Korea Selatan saat itu mengampuni Kim meski keputusan itu ditentang partai oposisi.
Presiden Roh menilai, Kim adalah korban rezim Korea Utara, sama dengan seluruh korban Korean Air penerbangan 858.
"Saat saya mengetahui telah diampuni, saya tak merasa bahagia, tetapi saya memikirkan ibu saya di Korea Utara. Dia pasti bahagia putrinya tidak jadi dihukum mati," ujarnya.
"Namun, saya merasa sebagai seorang pendosa. Seharusnya saya juga mati," dia menegaskan.
Setelah menerima pengampunan, Kim bekerja untuk dinas rahasia Korea Selatan sebelum menikah dengan salah seorang pengawalnya dan kini memiliki dua anak.