Bos Yakuza Ditangkap di Thailand Setelah Kabur Selama 14 Tahun
Bos Yakuza Shigehary ditangkap di Thailand setelah foto tato dan jari kelingkingnya menjadi viral.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Mereka kemudian memberitahu pihak berwenang di Thailand untuk melakukan penangkapan.
"Tersangka mengaku dia adalah pemimpin yakuza sub-geng Kodokai," kata juru bicara polisi Thailand, Jenderal Wirachai Songmetta, merujuk pada afiliasi geng yakuza terbesar Jepang, Yamaguchi-gumi.
Yakuza diketahui muncul dalam kekacauan Jepang pasca perang.
Kemudian mereka berubah menjadi organisasi kriminal bernilai miliaran dollar.
Baca: Sidang Setnov, Hakim Tanya Saksi: Masa Bapak Tidak Ikut Pelatihan untuk Ukur Transaksi Mencurigakan
Mereka disebut terlibat dalam berbagai tindak kejahatan, seperti perjudian, narkoba, pelacuran, perlindungan terhadap orang penting, dan berbagai kejahatan lainnya.
Kejahatan mereka ditoleransi karena diperlukan untuk menjaga ketertiban di (kejahatan) jalanan.
Tidak seperti mafia Italia atau China, Yakuza tidak ilegal dan masing-masing kelompok memiliki kantor pusat sendiri.
Kadang mereka tampak dalam pengawasan penuh pihak kepolisian.
Baca ini: Daftar Lengkap Nama Pasangan Calon Kepala Daerah Pendaftar Pilkada Serentak 2018 di 17 Provinsi
Shirai dituduh menembak mati bos faksi saingan, yang tujuh anggota gengnya dipenjara selama 12 sampai 17 tahun.
"Tersangka belum mengaku melakukan pembunuhan namun telah mengakui bahwa korbannya dulu menggertak dia," kata juru bicara kepolisian Thailand.
Kata polisi bos mafia tersebut tetap low profile selama berada di Thailand.
Baca: Beredar Video Detik-detik Evakuasi Mayat Bayi yang Baru Dilahirkan dari Selokan di Malang
Tersangka mengaku menerima uang dua atau tiga kali setiap tahun dari seorang pria Jepang yang berkunjung.
Shirai tidak memiliki paspor atau visa.
Ia ditangkap karena memasuki Thailand secara ilegal dan akan diekstradisi untuk menghadapi tuntutan di Jepang. (*)
Baca juga: Dokter Bimanesh Sutarjo Tersangka Kasus Setya Novanto, Inilah Sederet Kejanggalan Medisnya