Gunung Agung Meletus
Gunung Agung Erupsi, Suara Dentuman Terdengar hingga Radius 12 KM, Siklusnya Sama Seperti Tahun 1963
Gunung Agung mengeluarkan suara dentuman keras pada Minggu (26/11/2017) malam, suara dentuman tersebut terdengar hingga radius 12 Km.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Gunung Agung mengeluarkan suara dentuman keras pada Minggu (26/11/2017) malam.
Dilansir Kompas.com, suara dentuman tersebut terdengar sampai ke pos pantau di Desa Rendang yang letaknya 12 Km dari puncak kawah.
Bunyi dentuman ini terjadi seiring letusan menerus yang terjadi di Gunung Agung.
Dentuman ini terdengar sebanyak dua kali pada rentang waktu pukul 20.00 - 21.00 WITA.
Kasubid Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika mengatakan, dentuman ini terekam seismograf.
Diperkirakan hal ini terjadi akibat semburan abu vulkanik.
"Terekam dua kali ada suara dentuman, spektrum gelombang 20 Hertz. Kemungkinan saat abu keluar dalam volume besar, tapi lubangnya masih terlalu sempit," kata Suantika.
Ia mengatakan, jika ada abu vulkanik dalam jumlah besar keluar, maka akan terjadi dentuman akibat bersinggungan dengan batuan.
Abu vulkanik mengepul bersama pergerakan magma.
Baca: Rina Nose Lakukan Perawatan Tanam Benang dan Suntik Lemak
Namun, dia belum memastikan apakah dentuman keras ini merupakan fase menuju letusan besar setelah letusan pembuka.
"Infusi lava ke dasar kawah makin besar debit volumenya. Kita masih berharap letusan ini efusif. Kawah penuh dan lava meluber dengan berlahan, sehingga tidak sampai eksplosif (ledakan hebat)," ujar Gede Suantika.
Dikutip Tribun-Bali.com, pihaknya justru mengkhawatirkan tiba-tiba terjadi penambahan debit volume lava yang keluar dalam waktu singkat, sementara ruang yang dimiliki saluran magma terlalu kecil.
Hal inilah yang kerap menyebabkan letusan eksplosif (letusan besar).
"Saat ini lobang dasar kawah sudah hancur atau bertambah. Lava sudah di dasar kawah dan terus bertambah untuk memenuhi dasar kawah," jelas Gede Suantika
Dengan kondisi letusan saat ini, jika mengacu pada letusan tahun 1963, kemungkinan masih membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk Gunung Agung mengalami letusan eksplosif.
"Siklusnya sama seperti tahun 1963. Didahului letusan eflusif seperti saat ini. Kepulan asap terus terjadi, hingga sebulan kemudian diawali adanya gemuruh dan diikuti ledakan eksplosif. Mungkin dulu dasar lava masih dangkal, lava keluar dan langsung meleleh," jelasnya.
Baca: Gunung Agung Meletus, Perhatikan 5 Hal Ini!
Sementara hujan abu terus mengguyur beberapa wilayah.
PVMBG menerima laporan, hujan abu juga sudah mencapai Pulau Nusa Penida.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gunung Agung kembali meletus, sejak erupsi freatik pertama pada Sabtu (25/11/2015) sekitar pukul 17.30 WITA dengan ketinggian 1.500 meter dari puncak kawah.
Minggu (26/11/2017) sekitar pukul 05.05 WITA, erupsi terjadi dengan tinggi kolom abu kelabu gelap bertekanan sedang mencapai 2.000 meter, kemudian pada pukul 05.45 WITA ketinggian mencapai 3.000 meter.
Saat meletus Sabtu (25/11/2017) malam, sempat terlihat lava dari Gunung Agung.
Baca: Gunung Agung Erupsi, Bandara Praya Lombok Ditutup, Sejumlah Penerbangan Dibatalkan
Menyikapi hal ini, I Gede Suantika mengatakan, lava masih berada dalam Gunung Agung dan belum meluber keluar.
"Merah-merah itu dari sinar lava, masih ada dalam kawah dan belum meluber," kata Suantika, Minggu (25/11/2017).
Menurut dia, diameter kawah Gunung Agung 900 meter dengan kedalaman 200 meter.
Lava akan meluber jika tekanan dari bawah terus mendorong ke arah atas.
Baca juga: Ngaku Kaya Raya dan Suka Kemewahan, Ternyata Begini Sosok Istri Fredrich Yunadi
"Tinggal keluar, tergantung apakah ada dorongan dari bawah," katanya.
Dalam proses ini akan terus terjadi pengisian lava ke kantong permukaan.
Jika semakin membesar, tetapi mengalami sumbatan bisa menyebabkan terjadinya ledakan besar.
Hal ini sekaligus mempertegas bahwa kini Gunung Agung mengalami letusan magmatik.
"Sekarang ini sudah letusan magmatik," ujarnya.
Karena itu, pihaknya akan terus mengevaluasi kondisi Gunung Agung.
Berdasarkan pantauan pada Minggu (26/11/2017), semburan abu mencapai puluhan kilometer, meliputi wilayah Karangasem dan Kabupaten Klungkung.
Tebalnya abu vulkanik menutupi sinar matahari sehingga menyebabkan langit terlihat lebih gelap daripada biasanya.
Warga dihimbau agar tidak melakukan aktivitas apa pun di dalam radius 6 kilometer ditambah perluasan sektoral sejauh 7,5 kilometer ke arah utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya. (*)