Warga Jogja, Tradisi Saparan Bekakak Akan Dimulai, Hindari Jalan Ini Ya Agar Tak Terjebak Macet!
Bekakak adalah upacara adat, yang digelar sebagai ungkapan syukur warga desa sekaligus melesetarikan kebudayaan setempat
Penulis: Dian Naren
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNWOW.COM - Bagi warga Yogyakarta, mungkin sudah tidak asing lagi mendengar istilah "bekakak".
Bekakak atau yang juga biasa dikenal saparan adalah upacara adat, yang digelar sebagai ungkapan syukur warga desa sekaligus melesetarikan kebudayaan setempat.
Acara ini dilaksanakan untuk mengenang jasa seorang abdi dalem kesayangan Sultan Hamengku Buwono I, yakni Ki Wirosuto.
Tiap bulan Sapar, warga Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta akan berganti kostum dengan kostum prajurit khas prajurit zaman kesultanan dahulu.
• Registrasi SIM Card Dimulai, Banyak Warga yang Bingung Caranya hingga Hoax Tak Perlu Registrasi
Ada prajurit yang bertugas untuk menabur bunga, ada pula prajurit yang memainkan alat musik, dan ada pula yang lainnya membawa senjata seperti tongkat bambu dan anak panah.
Dilansir dari Tribun Jogja, menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Ki Wirosuto dan istrinya hilang secara misterius saat mencari batu gamping di Gunung Gamping lalu meninggal karena diganggu makhluk halus penunggu gunung tersebut.
"Ki Wirosuto mencari batu gamping untuk material membangun keraton baru (Keraton Yogyakarta saat ini). Dulu kan keraton masih di Ambarketawang," kata Triyongko, Kepala Dukuh Gamping Tengah.
Bekakak berarti korban penyembelihan hewan atau manusia.
• Baru Saja Dipuji karena Tutup Alexis, Anies-Sandi Diprotes karena Hal Ini!
Bekakak pada acara saparan ini hanya tiruan manusia saja, berwujud boneka pengantin dengan posisi duduk bersila yang terbuat dari tepung ketan.

Pada puncak acara, boneka pengantin akan disembelih dengan disaksikan oleh ribuan warga.
Hasil sembelihan dan gunungan yang mengiringinya dibagikan kepada warga sekitar yang menyaksikan tersebut.

Berkembang mitos, bagi siapa saja yang mendapatkan hasil gunungan, maka Ia akan mendapatkan keberkahan.
Terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut, mendapatkan bahan makanan, merupakan suatu berkah (rezeki) bagi penerimanya.