Kisah Pilu Bayi Madiun yang Idap Penyakit Langka, Ibu: 'Perawat Langsung Menyembunyikan Bayi Saya'
Kamini (42) dan Parsinem (39) tak menyangka buah hatinya yang kedua itu bakal menderita penyakit langka.
Editor: Galih Pangestu Jati
Kendati divonis tiga penyakit sekaligus, Parsinem dan Kamini tak menyerah.
Setahun anaknya tak berkembang seperti anak normal lainnya, mereka membawa Ahmad ke Rumah Sakit Umum Caruban.
Terakhir ia membawa Ahmad ke RSU dr Soetomo Surabaya, Februari 2017.
Usai diperiksa, dokter di rumah sakit itu meminta agar Ahmad dibawa lagi ke Surabaya tiga bulan kemudian.
Namun lantaran masalah biaya transportasi dan akomodasi, Parsinem tak mampu membawa Ahmad lagi ke RSU dr Soetomo Surabaya.
Pasalnya biaya transportasi dan tempat menginap di Surabaya tinggi.
• Sosok Andi Erni Astuti, Istri Cantik yang Tega Tusuk Ketua DPRD Kolaka hingga Tewas karena Cemburu
Bila mengandalkan penghasilan suaminya yang kerjanya serabutan maka tidak akan mencukupi untuk menanggung biaya transport dan menginap.
"Suami saya saat itu belum bekerja di Kalimantan. Sehari-harinya hanya mengandalkan penghasilan dari kerja buruh tani yang tidak menentu," ungkap Parsinem.
Meski serba kekurangan, Parsinem terpaksa mengikuti program BPJS Kesehatan secara mandiri.
Setiap bulannya, dia membayar iuran sebesar Rp 102.000.
Kini menjelang usia tiga setengah tahun, kondisi Ahmad makin memprihatinkan.
Saat ditemui di rumahnya yang berlantaikan tanah, nampak jemari tangan kanan Ahmad hanya mempunyai satu jari, yakni jari telunjuk.
Sedangkan jemari tangan kirinya hanya memiliki dua jari berbentuk jempol dan telunjuk, dan membentuk seperti huruf V ke atas.
Selain itu ditemui benjolan kecil yang tumbuh pada lengannya.