Breaking News:

Ternyata Orang Marah Akan Lebih Bahagia daripada Mereka yang Tidak Bisa Marah

Orang yang paling bahagia ternyata bukanlah orang yang tak pernah menunjukkan rasa marahnya, ungkap sebuah temuan baru.

Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
Digital Vision
Ilustrasi marah 

TRIBUNWOW.COM - Orang yang paling bahagia ternyata bukanlah orang yang tak pernah menunjukkan rasa marahnya, ungkap sebuah temuan baru.

Itu karena kebahagiaan lebih dari sekadar merasa senang sepanjang waktu, kata penulis studi.

Kebahagiaan juga tentang merasakan emosi lain, seperti kecewa atau marah, yang sama-sama berharga bagi kesehatan mental.

Tak bisa dipungkiri, dalam beberapa budaya, ada banyak tekanan untuk merasa baik sepanjang waktu.

Pilot Ini Mengetuk Pintu Toilet yang di Dalamnya Ada Wanita, Setelah Dijawab yang Terjadi Malah. . .

Tetapi bagi beberapa orang, terus memendam perasaan yang tidak menyenangkan, dapat menjadi “bom waktu” dan menciptakan perasaan kurang bahagia dalam jangka panjang.

Walau ada juga, beberapa orang yang memang tak bisa marah.

Untuk mempelajari dampak berbagai emosi terhadap keseluruhan kebahagiaan, peneliti Maya Tamir PhD dan rekan-rekannya di Hebrew University of Jerusalem, melakukan wawancara dengan 2.324 mahasiswa di delapan negara, termasuk Amerika Serikat.

Para peserta disurvei tentang perasaan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, serta perasaan apa yang paling ingin mereka tunjukkan.

Bus yang Membawa Atlet Squash SEA Games 2017 Kecelakaan, Beberapa Pemain Alami Cedera

Peserta juga menjawab pertanyaan tentang gejala depresi dan kepuasan hidup.

Tak heran, temuan yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology tersebut mendapati, sebagian besar peserta berharap untuk bisa menunjukkan emosi yang lebih menyenangkan dalam hidup mereka.

Tetapi terlepas dari jenis emosi yang paling ingin ditunjukkan dan terlepas dari negara atau budaya, peserta yang menunjukkan emosi paling sesuai dengan kondisi emosi yang mereka alami, melaporkan kepuasan hidup lebih besar dan lebih sedikit gejala depresi.

 

Walau begitu, penelitian ini menekankan bahwa bukan berarti Anda bebas menjadi orang yang pemarah bagi orang lain, seperti mengutarakan kata-kata buruk yang menyakiti hati orang lain.

Semisal, saat Anda merasa kesal, Anda boleh berbicara dengan nada kesal, namun jika ternyata kekesalan itu sudah berlalu, tidak perlu dibuat-buat.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Tags:
University of JerusalemAmerika SerikatTribunWow.com
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved