'Petaka' di Balik Pernikahan Dini
Beberapa alasan yang dijadikan pembenaran antara lain agar tak perlu melewati masa pacaran dan menghindari perbuatan yang dilarang norma.
Editor: Galih Pangestu Jati
Bukannya Malu, Kapolsek Miskin: Saya Orang Susah, Ngapain Pikir Anak Orang Lain
“Kondisi sekarang ini mirip seperti apa yang terjadi dengan seksualitas. Anak diharapkan tahu sendiri setelah mengalami. Padahal, orangtua diharapkan menjadi teman dialog, agar terbangun komunikasi antara anak dan orangtua, sehingga mereka belajar dan mendapat informasi orangtua, bukan sumber lain (yang tidak bisa dipercaya),” kata Frenia.
Hal lain yang perlu dijelaskan pada anak adalah soal mengurus rumah tangga, pendidikan anak dan kesejahteraan.
Selain itu orangtua juga memiliki peran penting untuk melindungi anak-anak dari risiko yang muncul dalam pernikahan, apalagi bila anak belum cukup dewasa saat menikah.
“Orangtua harus dengarkan apa yang diinginkan oleh anak. Jangan dipaksa berjodoh dengan orang yang ternyata tidak disukai anaknya. Itu seperti melempar tanggungjawab pengasuhan anak ke orang lain yang belum tentu bisa. Kalau dia masih mau sekolah dan kejar pendidikan tinggi, orangtua sebaiknya tidak paksakan anak nikah,” kata dia.
Intinya, anak sebaiknya mengerti dan paham apa yang akan dihadapi setelah menikah nanti, sehingga dia melakukan itu dengan kesadaran dan bukan karena buaian-buaian yang indah saja. (Kompas.com/Kahfi Dirga Cahya)
Berita ini telah diterbutkan Kompas.com dengan judul "Ada Risiko dalam Pernikahan Remaja"