Breaking News:

Kesepian Karena Kehilangan Pasangan Ternyata Menimbulkan Risiko Separah Ini

Akun Instagram Bayu masih sering dihiasi foto bersama mendiang istrinya, Wika.

Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
shutterstock
Ilustrasi 

Di laman media sosial, Bayu kerap kali mengunggah aktivitas hariannya, mulai dari pesawat yang akan diterbangkannya, serunya wisata kuliner, hingga asyiknya berenang.

Sebagai pria, ia menunjukkan ketabahan.

Dari sebuah survei yang dilakukan lembaga Independent Age yang bermarkas di Inggris, lelaki memang lebih legawa.

Disebutkan dalam survei itu bahwa wanita-lah yang lebih sulit menghadapi kematian pasangannya sehingga lebih rentan mengalami kesepian, kesedihan, dan depresi.

Sebanyak 30 persen dari wanita yang disurvei mengatakan bahwa kesepian adalah hal yang paling sering mereka rasakan dan sulit diatasi setelah kehilangan orang yang mereka cintai.

Adapun pria, hanya 17 persen yang berani mengakui hal tersebut.

Secara keseluruhan, wanita merasa kesepian selama delapan bulan setelah kehilangan pasangan mereka.

Satu dari lima orang di antaranya bahkan masih merasa kesepian hingga tiga tahun kemudian.

Kematian itu pasti

Kematian memang merupakan takdir yang tak bisa dimungkiri.

Tidak ada batasan berapa lama manusia akan hidup.

Meski kematian tak terelakkan, tapi risiko-risiko pemicu kematian, misalnya penyakit kronis seperti yang diderita Wika, sebenarnya bisa dihindari.

Ilustrasi Kematian

Menerapkan pola hidup sehat adalah caranya.
Tak terbantahkan, menjaga asupan makanan dan aktivitas fisik merupakan fondasi untuk memilih tubuh yang sehat.

Selain itu, deteksi dini terhadap serangan penyakit pun perlu dilakukan, terutama bagi kelompok usia muda yang sering kali merasa sehat-sehat saja.

Sebab, semakin cepat terdeteksi, semakin memungkinkan pula penyakit kronis tersebut diobati.

Dengan melakukan medical check up sejak dini, misalnya dengan program yang ditawarkan Prodia, yakni Check Up Young Generation, risiko penyakit mematikan bisa dihindari. Tingkat harapan hidup pun semakin tinggi.

Jika pola hidup sehat sudah dilakukan dan deteksi dini sudah dijalani, diharapkan tak akan ada lagi orang-orang seperti Bayu yang patah hati terlalu dini, karena ditinggal “pergi” sang kekasih hati. (Kompas.com/Aningtias Jatmika)

Berita ini telah ditayangkan oleh Kompas.com dengan judul: Kematian Pasangan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke 

Sumber: Kompas.com
Tags:
LivescienceUniversitas St. GeorgeInggrisTribunWow.com
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved