Sejarah di Balik Plengkung Gading yang Bikin Komo Ricky Dihujat Habis-habisan Oleh Warganet!
Bukan tanpa alasan mengapa banyak warga lokal maupun warganet geram melihat apa yang dilakukan oleh Komo Ricky di Plengkung Gading karena....
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Diketahui, Plengkung Gading merupakan bangunan gapura pintu masuk jeron (dalam) benteng Keraton Yogyakarta.
Berdasarkan informasi yang tim TribunWow.com himpun dari berbagai sumber, Plengkung Gading ini merupakan lima plengkung yang digunakan untuk masuk ke dalam benteng Keraton Yogyakarta.
Kelima plengkung tersebut adalah, Plengkung Nirbaya (Plengkung Gading), Plengkung Tarunasura (Plengkung Wijilan), Plengkung Madyasura (Plengkung Buntet), Plengkung Jagabaya (Plengkung Tamansari), dan Plengkung Jagasurya (berada di sebelah barat alun-alun Utara).
Viral! Turun dari Plengkung Gading Jogja Tak Melewati Tangga, Pria Ini Banjir Kritikan
Dari kelima plengkung tersebut, yang terkenal memang Plengkung Gading dan Plengkung Wijilan karena wujudnya masih asli.
Sementara Plengkung Madyasura menjadi satu-satunya plengkung yang ditutup pada tanggal 23 Juni 1812 karena untuk menghindari serbuan musuh.
Plengkung Madyasura dibongkar pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII dan digantikan menjadi gapura gerbang biasa.
Pada sejarah, Plengkung Gading memang memiliki nama asli Plengkung Nirbaya.
Ini Kata Putri Raja Keraton Jogja Soal Pria Turun dari Plengkung Gading Tak Melewati Tangga
Sekarang banyak orang yang menyebutnya sebagai Plengkung Gading dikarenakan letaknya yang berada di Desa Gading.
Terletak di sebelah selatan alun-alun selatan Keraton Yogyakarta. Dalam sistem tata letak Keraton Yogyakarta, plengkung ini digunakan untuk pintu keluar jenazah Sultan yang mangkat menuju Makam Imogiri.
Setiap ada Sultan yang meninggal, maka proses pengiringan jenazah dilakukan dengan melewati Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading ini.
Maka dikatakan selama ini Sultan yang masih hidup tidak diperkenankan melewati Plengkung Nirbaya ini sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi pemimpin keraton.
Kata Nirbaya sendiri berasal dari kata 'Nir' yang berarti tidak ada dan 'baya' yang berarti bahaya. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa harfiah Jawa, maka Nirbaya berarti tidak ada bahaya yang mengancam.
Presenter Ricky Komo Minta Maaf Gara-gara Turun dari Plengkung Gading Jogja Tak Lewat Tangga