Ulama AS Kecam Keras Keputusan Trump yang Tiadakan Tradisi Makan Malam Jelang Lebaran
Pemerintahan Donald Trump tidak mengadakan makan malam di akhir bulan Ramadan yang sudah menjadi tradisi Gedung Putih.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Galih Pangestu Jati
Saat makan malam diadakan, Bush mengatakan bahwa perang dilakukan untuk melawan terorisme, bukan Islam.
Karena bagi umat Muslim Amerika, tradisi yang mungkin bisa kembali diadakan di Gedung Putih tahun ini merupakan sebuah harapan terwujudnya persatuan setelah kebencian terhadap muslim yang meningkat tajam dibandingkan tahun 2001.
Melansir dari Tribunnews.com, yang mengutip dari Huffington Post pada Selasa (26/6/2017), diketahui Trump dan istrinya, Melania hanya mengeluarkan ucapan Selamat Idul Fitri saja untuk menandai berakhirnya Ramadan.
Tentunya, keputusan Trump untuk tidak melanjutlan kembali tradisi ini mendapatkan kecaman dari berbagai pihak terutama warga Muslim AS.
Pernyataan Trump tentunya sangat bertolak belakang dengan sikap Barack Obama yang saat itu menjadi Presiden, langsung mengumumkan acara buka puasa bersama.
Para ulama AS selama ini pun merasa dikecewakan oleh Trump melalui pernyataan-pernyataannya yang kontroversial seperti usulannya untuk menghalangi kaum muslim masuk AS.
Korea Utara Akan Jatuhkan Bom di New York untuk Buktikan Kesalahan Trump
Imam Talib Shareef, Presiden Masjid Nasional di Washington DC pun menyebut keputusan Trump untuk meniadakan tradisi tersebut sangat mengecewakan.
“Penghentian (buka bersama) itu tidak mengirimkan pesan yang baik,” kata Talib Shareef.
“Anda punya waktu untuk main golf dan lain-lain. Bagaimana mungkin Anda tidak punya waktu untuk masyarakat yang membutuhkan bimbingan,” katanya.
Untuk diketahui, ucapan selamat Lebaran itu diberikan setelah Trum ketahuan mengunjungi lapangan golf miliknya yang terletak di Virginia. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)