Hujan Tiba-tiba Turun Saat Salat: Sikap Santri, Ulama Hingga Panglima TNI Bikin Haru, Doa Mengalir!
Hujan yang turun saat rakaat pertama tersebut tak kunjung berhenti hingga salat selesai dilaksanakan.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Wahid Nurdin
"Setelah itu, ulama dan para santri kembali ke pesantrennya dan sebagian lagi tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Itulah cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI)," tuturnya.
Seperti halnya Pertempuran Surabaya 10 November 1945, yang mana saat itu TNI baru berumur satu bulan dan belum mempunyai senjata modern untuk menghadapi tentara Sekutu.
Namun K.H. Hasyim Ashari dengan tegas mengeluarkan Fatwa Jihad Fisabilillah agar umat Islam, khususnya para santri yang dipimpin oleh seorang Ulama bernama Kyai Abbas kembali turun gunung berjuang melawan tentara Sekutu.
"Ini yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat bahwa yang memimpin perlawanan terhadap Sekutu pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya adalah Kyai Abbas dari Pesantren Buntet," ungkapnya.
Gatot juga memberikan apresiasi kepadapara tokoh-tokoh agama yang merumuskan Pembukaan UUD 1945 dan mengedepankan ke-Bhineka Tunggal Ika-an.
"Jadi, Pancasila itu merupakan bentuk kompromis umat beragama khususnya umat Islam saat mendirikan NKRI dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya.
Ia juga mengingatkan kepada para prajurit TNI untuk selalu menjaga hubungan dengan para ulama untuk mengamankan bangsa ini.
"Kalau TNI mau sukses dalam menjalankan tugas pokoknya maka harus selalu dekat dengan pemuka-pemuka agama. Itu kuncinya," ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Gatot juga salut kepada ulama Indonesia dalam menyebarkan agama Islam di luar negeri.
Lebih lanjut, Gatot menyampaikan jika dunia telah mengakui jika Indonesia merupakan tempat paling aman untuk beribadah.
"Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam terbesar di dunia menjadi rujukan dan contoh tauladan untuk Islam yang Rahmatan Lil Alamin," ungkapnya.
(TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)