Baru Bongkar Keterlibatan Istri Korban, Alasan Polisi yang Mutilasi Anggota DPRD Mengejutkan!
Brigadir Medi Andika, terdakwa kasus pembunuhan seorang DPRD Bandar Lampung, dituntut hukuman mati oleh jaksa penuntut umum pada Senin (10/4/2017).
Editor: Galih Pangestu Jati
Sekitar pukul 15.00 WIB, Medi sempat menghubungi telepon Anton namun tidak diangkat.
Dua jam kemudian, Anton menghubungi Medi. Anton mengatakan terjadi 'kecelakaan' dan akan ke rumah Medi habis magrib.
Anton datang ke rumah Medi membawa mobil Innova Pansor.
"Anton bilang Pansor melakukan perlawanan sehingga dilumpuhkan dengan senjata api dan mayat Pansor ada di kardus di belakang mobil," cerita Medi.
• Dendam Kesumat, Pria Ini Berikan Kejutan Mengerikan untuk Kekasihnya yang Selingkuh
Medi kaget dan panik. Anton kemudian meminta uang untuk melarikan diri. Medi memberikan uang Rp 2,5 juta sisa uang pemberian Umi Kalsum.
Medi akhirnya menghubungi Tarmidi (sudah divonis) dan mengajaknya membuang mayat di Martapura, OKU Timur, Sumatera Selatan.
Keesokan harinya, Umi menghubungi Medi menanyakan informasi tentang pemberian "pelajaran" kepada Pansor dan Yulinar.
Medi pun memberitahu bahwa Pansor melakukan perlawanan sehingga terjadi 'kecelakaan'. "Saya meminta maaf ke Umi dan atur rencana agar Umi tidak terbawa-bawa," terang Medi.
Pada saat itu, tutur Medi, Umi ketakutan. "Umi bilang takut dibuang oleh keluarga Pansor karena ada adiknya yang bupati. Umi juga takut diusir dari rumah Pansor," ujar Medi.
Tak lama berselang, Medi kembali dihubungi Anton yang meminta uang Rp 50 juta untuk melarikan diri.
Anton berjanji tidak akan menyeret Medi jika tertangkap polisi atas kasus pembunuhan Pansor.
• Dukung El Susul Anaknya di London, Pertanda Fadhli Zon dan Ahmad Dhani Ingin Besanan?
Medi akhirnya memutuskan untuk menjual mobil Innova Pansor. Medi bersama Tarmidi menemui Anton di Merak, Banten. Medi menyerahkan mobil ke Anton.
Empat hari kemudian, Medi menyuruh Anton membawa mobil itu kepada Ruslin, anggota Kostrad Cijantung. Medi menjualnya seharga Rp 45 juta.