Kecelakaan Bus di Tawangmangu
Kerabat Kisahkan Hal-hal Mengejutkan Para Korban Semasa Hidup Sebelum Bus Tragis Masuk Jurang
"Abah pamit ke saya Jumat malam, (24/2/2017). 'Pi'i, aku mau pergi jauh........."
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Rimawan Prasetiyo
Indah mengaku telah memiliki firasat, oleh karena itu, ia pun sempat melarang mamanya untuk pergi ke acara perpisahan.
Ternyata firasat Indah menjadi pertemuan terakhirnya dengan korban.
"Mama bilang mau adakan acara perpisahan, jadinya ya perpisahan selamanya. Padahal saya juga sudah bilang, tidak usah ikut ma, di rumah saja, " kata Indah.
Pudji Hariono

Pudji Hariono dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi.
Tetangga korban mengungkapkan pria yang sering disapa Hari ini sebagai orang yang supel.
"Pak Hari itu orangnya periang, kalau ada kegiatan warga dia pasti paling depan," ucap Agus kepada Tribun Jatim.
"Dia rajin ikut organisasi di desa, seperti program di PNPM dan perkumpulan Takmir Masjid," tambahnya.
Selain menjadi guru di Sekolah Dasar, Hari mempunyai kegiatan lain untuk menyalurkan hobinya.
"Almarhum itu punya jiwa seni yang tinggi, dia punya grup electone yang bagus dan sering diundang ke mana-mana," ungkap Agus.
Tak berbeda jauh, anak sulung Hari, Wahyu Saifullah, juga menyatakan ayahnya adalah sosok yang baik dan religius.
"Setiap subuh ayah (Pudji Hariono) selalu bangunin ibu (Faridah Ismaniyah) untuk salat berjamaah di Masjid Kepadangan," ujar Wahyu Saifullah.
Di masjid tersebut, korban semasa hidup sering menjadi imam salat subuh.
Sementara itu, Hari juga dikenal sebagai sosok yang sangat perasa.
Ia diduga meninggal setelah iba melihat istrinya yang baru saja mengalami kecelakaan harus terkena musibah lagi. (TribunWow.com/Dhika Intan N A)