Breaking News:

Kecelakaan Bus di Tawangmangu

Kerabat Kisahkan Hal-hal Mengejutkan Para Korban Semasa Hidup Sebelum Bus Tragis Masuk Jurang

"Abah pamit ke saya Jumat malam, (24/2/2017). 'Pi'i, aku mau pergi jauh........."

Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Rimawan Prasetiyo
IST/FACEBOOK/SURYA.CO.ID
Kolase foto-foto korban kecelakaan bus wisata di Tawangmangu. 

TRIBUNWOW.COM - Agenda perjalanan wisata sejumlah guru dari Sidoarjo, Jawa Timur menuju Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah menyisakan cerita duka.

Bus Pariwisata Solaris Jaya berplat nomor K 1677 CD yang digunakan untuk mengangkut rombongan ini terjun ke sungai di Desa Banaran, Gondosuli, Tawangmangu, Karanganyar, Minggu (26/2/2017).

Dari 28 orang yang ikut dalam rombongan, enam jiwa diketahui melayang sementara yang lainnya mengalami luka berat.

Enam korban tersebut adalah Suwandi dan putrinya Icha, Ria Resbara, Dra Hj Zuhro, Ega serta Pudji Hariono.

Keenam korban ini dikenal sebagai sosok yang baik.

Keluarga bahkan tetangga mengaku kaget dan tak rela dengan kepergian mereka.

Suwandi

Almarhum Suwandi (tengah) dengan anaknya (kiri) juga meninggal dunia dalam kecelakaan tragis bus masuk jurang sementara (kanan) sang istri selamat dalam peristiwa nahas itu.
Almarhum Suwandi (tengah) dengan anaknya (kiri) juga meninggal dunia dalam kecelakaan tragis bus masuk jurang sementara (kanan) sang istri selamat dalam peristiwa nahas itu. (IST)

Suwandi merupakan mantan Kepala SDN Jimbaran Wetan.

Dalam perjalanan wisata ke Tawangmangu tersebut, pria yang memiliki usaha mikrolet ini melakukan prosesi serah terima jabatan (Sertijab) Kepala SDN Jimbaran Wetan.

Posisinya digantikan oleh Hj Zuhro, sementara ia dipindahkan ke SDN Jimbaran Kulon.

Sebagaimana dikutip dari Tribunjatim.com, Suwandi dikenal sebagai sosok yang ramah.

Sebelum berangkat ke Tawangmangu, lelaki yang kerap dipanggil Abah ini sempat berpamitan ke beberapa orang yang ia kenal dekat.

"Abah pamit ke saya Jumat malam, (24/2/2017). 'Pi'i, aku mau pergi jauh. Minggu malam aku pulang. Kamu bawa saja mobil itu,'" jelas Supi'i, supir mikrolet yang sudah 20 tahun berkerja pada Suwandi kepada TribunJatim.com, Minggu (26/2/2017).

Supi'i juga menjelaskan ia selalu dipamiti oleh Abah Suwandi jika ia ingin bepergian.

"Ya saya setiap hari ketemu Abah. Setiap pergi kemana pun selalu dipamiti kemana tujuannya. Tapi kemarin tidak mengatakan kemana tujuannya," jelas laki-laki berumur 52 tahun ini.

Tak hanya itu, Suwandi juga sempat mengobrol dengan lurah dan sekretaris desa sesaat sebelum berangkat ke Tawangmangu.

"Hari Rabu kemarin (22/2/2017), Abah Suwandi memakai baju kemeja putih bercelana hitam di kelurahan, mengobrol sebentar dan tampak terburu-buru."

"Kemudian bilang mau pergi ke sekolah. Itu terakhir kali kami bertemu," kata Asrori, sekretaris desa setempat.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan pihak keluarga belum mau memberikan keterangan lantaran masih berduka.

Dalam perjalanan dari Sidoarjo ke Karanganyar, Suwandi mengajak serta anggota keluarganya yang lain.

Ia membawa istri, anak dan iparnnya.

Nahas, Suwandi meninggal bersama putrinya, Icha, dalam kecelakaan maut ini.

Sementara istri dan saudaranya mengalami luka berat.

Ria Resbara

Ria Resbara semasa hidup, korban kecelakaan bus masuk jurang di Tawangmangu.
Ria Resbara semasa hidup, korban kecelakaan bus masuk jurang di Tawangmangu. (FACEBOOK)

Ria Resbara merupakan perempuan berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai guru di SDN Jimbaran Wetan.

Ia merupakan warga Candinegoro, Wonoayu, Sidoarjo.

Wanita cantik ini menjadi satu dari enam korban meninggal.

Ria dikenal sebagai orang yang ceria, cerdas dan peduli pada teman-temannya.

Hal tersebut disampaikan oleh Indah Rahma.

Indah bahkan mengaku tak percaya saat mendengar kabar Ria menjadi korban meninggal di kecelakaan itu.

"Saat saya cek ke keluarganya, ternyata mereka membenarkan," ujarnya kepada TribunJatim.com.

"Ini saya berangkat takziah ke rumah duka," ucapnya.

Ria merupakan alumni SMPN 2 Wonoayu dan SMA Al Islam, Krian, Sidoarjo.

Setelah lulus sekolah menengah, ia melanjutkan studi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan bekerja di SDN Jimbaran Wetan setelah lulus.

Dra Hj Zuhro

Foto terakhir Zuhroh bersama keluarga.
Foto terakhir Zuhroh bersama keluarga. (FACEBOOK)

Hj Zuhro dan anak ketiganya, Ega Nanda, meninggal dunia dalam kecelakaan maut tersebut.

Sebelum Zuhro meninggal, beberapa anggota keluarganya ternyata sempat mendapat firasat.

Suami Zuhro, Pujono, mengungkapkan istrinya sering mengajaknya beribadah sebelum pergi ke Tawangmangu.

"Selalu membangunkan saya untuk Tahajud bersama. Saya tidak tahu, itu firasat atau bukan," ucapnya, di rumah duka, di Desa Ketimang, Wonoayu.

Selain itu, anggota keluarga yang lain juga pernah bermimpi gigi tanggal.

Dalam perjalanan wisata ini Zuhro mengajak kedua anaknya, Ega Nanda dan Virda.

Saat ini, yang menjadi kekhawatiran Pujono adalah anaknya Virda.

Pujono merasa trauma psikis yang dirasakan akan membekas seumur hidupnya.

Sementara anak sulung Zahro, Indah Putri, masih merasakan duka yang mendalam.

"Mama sempat pamit, tapi saya larang," ujar Indah.

Indah mengaku telah memiliki firasat, oleh karena itu, ia pun sempat melarang mamanya untuk pergi ke acara perpisahan.

Ternyata firasat Indah menjadi pertemuan terakhirnya dengan korban.

"Mama bilang mau adakan acara perpisahan, jadinya ya perpisahan selamanya. Padahal saya juga sudah bilang, tidak usah ikut ma, di rumah saja, " kata Indah.

Pudji Hariono

Pudji Hariono korban bus masuk jurang foto bersama anaknya.
Pudji Hariono korban bus masuk jurang foto bersama anaknya. (IST)

Pudji Hariono dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi.

Tetangga korban mengungkapkan pria yang sering disapa Hari ini sebagai orang yang supel.

"Pak Hari itu orangnya periang, kalau ada kegiatan warga dia pasti paling depan," ucap Agus kepada Tribun Jatim.

"Dia rajin ikut organisasi di desa, seperti program di PNPM dan perkumpulan Takmir Masjid," tambahnya.

Selain menjadi guru di Sekolah Dasar, Hari mempunyai kegiatan lain untuk menyalurkan hobinya.

"Almarhum itu punya jiwa seni yang tinggi, dia punya grup electone yang bagus dan sering diundang ke mana-mana," ungkap Agus.

Tak berbeda jauh, anak sulung Hari, Wahyu Saifullah, juga menyatakan ayahnya adalah sosok yang baik dan religius.

"Setiap subuh ayah (Pudji Hariono) selalu bangunin ibu (Faridah Ismaniyah) untuk salat berjamaah di Masjid Kepadangan," ujar Wahyu Saifullah.

Di masjid tersebut, korban semasa hidup sering menjadi imam salat subuh.

Sementara itu, Hari juga dikenal sebagai sosok yang sangat perasa.

Ia diduga meninggal setelah iba melihat istrinya yang baru saja mengalami kecelakaan harus terkena musibah lagi. (TribunWow.com/Dhika Intan N A)

Sumber: Tribun Jatim
Tags:
TawangmanguSidoarjoSD Jimbaran Wetan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved