Barang-barang miliknya tergeletak di mana saja, sementara tumpukan buku koleksi Nina dan mainan Danu memenuhi sudut-sudut kamar.
“Pukul 06.00? Aku terlambat untuk membuat kue!” Ivan segera berdiri dan keluar kamar.
“Kamu sudah bangun, Van?” suara Ibu menyapanya.
Mata Ivan membelalak lebar melihat kerut-kerut yang bertambah di wajah Ibu dan kelelahan yang tergambar jelas di sana.
“Syukurlah. Ibu pergi dahulu, ya. Jangan lupa, antar adik-adikmu ke sekolah.”
Ivan termangu. Ia menatap sosok Ibu yang membawa kotak-kotak berisi aneka kue basah.
Jadi, tampaknya mereka masih berjualan kue basah. Hanya, kali ini, Ibu tidak meminta bantuannya.
Akhirnya, Ivan terbebas dari tugasnya! Lalu, di mana Ayah? Biasanya Ayah yang mengantar
Ibu untuk pergi berjualan.
Ivan memandang ke sekeliling ruangan. Saat itulah Ivan menatap sebuah foto berbingkai hitam di dekat meja makan.
Di dalamnya, wajah lelah ayahnya tersenyum ramah.
“Van, nanti siang jangan lupa latihan basket, ya. Minggu depan kita lawan SMP Bina Bangsa.”
Ivan hanya mengangguk lesu. Sekarang ia tahu, ia berada di tahun 2022.
Tidak ada lagi teman-teman sekelas yang mengejeknya.
Malah bisa dikatakan, ia memiliki cukup banyak teman.
Nilai-nilainya bukan yang terbaik, tetapi bukan pula yang paling jelek.