Seolah belum cukup memalukan, bangun pagi dan rasa lelah bekerja sejak subuh membuat Ivan sering tertidur saat pelajaran.
“Wah, tukang kue mau alih profesi jadi tukang tidur,” ejek Fiam yang memancing tawa sekelas.
Ivan masih menendang kerikil-kerikil itu.
“Aku tidak mau lagi!” teriak Ivan dalam hatinya.
“Aku tidak mau lagi berjualan kue. Aku ingin menjadi anak SMP yang keren dan dikagumi oleh temantemanku!”
“Kau yakin?”
Ivan menengok.
Seorang pria berkerudung hitam memandangnya. Bibir pria itu tersenyum ramah.
Di meja di hadapannya tergeletak aneka bola warna-warni.
Ivan memandang pria itu sambil mengerutkan alisnya. Apakah dia peramal? tanya Ivan dalam hati.
“Kau ingin melihat apa yang terjadi apabila kau berhenti berjualan kue?”
Ragu-ragu, Ivan mengangguk. Ia lalu mengambil bola merah yang disodorkan pria itu.
Seketika, tubuhnya terasa ringan, dunia di sekitarnya berputar. Ivan terkesiap.
Ia terbangun di sebuah kamar yang terasa asing. Dengan heran, ia menatap Nina dan Danu, adiknya.
Mengapa mereka tidur di sini? Ivan menatap sekeliling. Kamar itu sempit, pengap, dan terutama sangat berantakan!