Sugiyono lahir di Ponjong, Gunung Kidul pada 12 Agustus 1926 dan memiliki pangkat terakhirnya Kolonel Aumerta TNI.
Memiliki jabatan Kepala Staff Korem 072/Pamungkas di Yogyakarta, dan meninggal pada 1 Oktober 1965.
11. Ade Irma Suryani Nasution
Ade lahir pada 19 Februari 1960 yang saat itu merupakan anak dari Jendral Besar Dr. Abdul Haris Nasution.
Ia meninggal pada 6 Oktober 1965, tepat berusia 5 tahunan karena tertembak saat berusaha menjadi tameng ayahnya.
Hal itu berdasarkan Keputusan Presiden No 111/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965 (untuk 1-7), No 114/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965 (untuk 8), dan No. 118/KOTI/1965 tanggal 19 Oktober 1965 (untuk 9-10).
Gelar Pahlawan Revolusi juga diakui sebagai gelar Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan UU 20/2009 tantang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Sejarah Peristiwa G30S
Dikutip dari Gramedia.com, peristiwa G30S merupakan pengkhianatan yang paling besar di Indonesia.
Tepat pada pergantian tanggal dari 30 September ke 1 Oktober, peristiwa G30S ini melibatkan Pasukan Cakrabirawa dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
G30S ini mempunyai tujuan untuk menurunkan Presiden Soekarno saat itu dan menginginkan penmerintahan Indonesia menjadi pemerintahan komunis.
G30S dipimpin oleh Dipa Aidit yang sekaligus dalang di balik peristiwa kelam saat itu.
Dengan caranya menghasut warga Indonesia agar mendukung PKI, Dipa Aidit juga memberi iming-iming Indonesia akan maju di bawah kekuasaan PKI.
Aidit satu komando dengan Komandan Batalyon I Tjakrabirawa, yakni Letnan kolonel Untung Samsoeri.
G30S ini bertujuan untuk menculik dan membawa paksa jendral-jendral AD ke Lubang Buaya untuk dibunuh.
Ada beberapa nama jendral dan perwira tinggi yang menjadi korban kekejaman G30S, yaitu:
Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani;
Mayor Jendral Raden Soeprapto;
Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono;
Mayor Jendral Siswondo Parman;
Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan;
Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo;
Lettu Pierre Andreas Tendean.
PKI beralasan, para jenderal itu akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno melalui Dewan Jenderal.
Kronologi G30S yang Dipimpin oleh Letkol Untung
Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa Letkol (Inf), Untung Samsoeri menuju Lubang Buaya untuk inspeksi dan memimpin upaya kudeta yang akan mengubah garis sejarah pada 1 Oktober 1965.
Kudeta itu awalnya bernama Takari dan diubah menjadi Gerakan 30 September agar tidak berbau politik maupun militer.
Pimpinan PKI, Aidit, memerintahkan untuk pelaksanaannya ditunda menjadi 1 Oktober saat pasukan sudah lengkap.
Menjelang pelaksanaan, Wakil Presiden Mohammad Hatta dicoret sebagai sasaran.
Tujuannya, untuk menyamarkan kudeta sebagai konflik internal.
Dilansir laman Kompas.com, Letkol Untung membagi eksekutor ke dalam tiga satuan tugas.
Satgas Pasopati pimpinan Letnan I (Inf), Abdul Arief, bertugas menangkap tujuh jenderal yang jadi sasaran.
Satgas Bimasakti dipimpin Kapten (Inf) Batalyon 530/Brawijaya, Soeradi Prawirohardjo, bertugas mengamakan ibu kota dan menguasai kantor Pusat Telekomunikasi dan Studio RRI Pusat.
Sementara Satgas pringgodani di bawah Mayor Soejono, menjaga di sekeliling wilayah Lubang Buaya.
Letkol Untung bersama kolonel (Inf) Latief menuju Gedung Biro Perusahaan Negara Aerial Survey (Penas) di Jl. Jakarta By Pass, Jakarta Timur.
Kemudian, Soejono menyiapkam Gedung Penas sebagai Central Komando jalannya operasi penangkapan para jendral.
Operasi itupun direncanakan secara serentak, namun banyak yang tidak datang.
Jumlah pasukan kurang dari 100, yang dikhawatirkan Untung pun benar terjadi.
Penculikan itu berubah menjadi serangan berdarah. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Profil 10 Pahlawan Revolusi yang Menjadi Korban Peristiwa G30S dan Sejarah Singkat Peristiwa G30S Hingga saat Dipimpin Letkol Untung