Kolaborasi Batik Toeli & JNE Jaga Eksistensi Cagar Warisan Budaya ke Seluruh Nusantara & Mata Dunia

Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret kebersamaan Dyan Primadyka bersama dua wisatawan asing yang berkunjung ke Batik Toeli di Laweyang, Solo.

TRIBUNWOW.COM - Di sebuah gang sempit di salah satu sudut Kota Solo, jadi tempat mengais rezeki bagi para kawan tuli.

Tempatnya estetik karena merupakan bangunan tua yang tak banyak alami perubahan.

Ketika sampai di jalan menuju tempat tersebut, mata dimanjakan dengan tertatanya tumbuhan hijau merambat.

Sinar terik panas matahari pun tak terasa.

Langkah kaki terus menapaki jalanan gang sempit itu.

Dan sampailah didepan pintu lawas yang langsung menyambut mata para tamu wisatawan baik asing maupun lokal.

Satu jengkal melangkahkan kaki, terlihat ornamen-ornamen lawas terpasang di setiap sudut halaman depan.

Di salah satu sudut, mata juga dimanjakan dengan tatanan rapi hasil batik rekan-rekan tuli.

Sedangkan tepat disampingnya, ada ibu-ibu pekerja yang dengan tenang mengukir batik tulis di kain putih nan terbentang panjang.

Ya, tempat itu tak lain adalah outlet Batik Mahkota yang juga jadi satu dengan Batik Toeli, tempat mengais rezeki bagi 3 kawan tuli.

Sejarah Batik Toeli Laweyan

Manajer Produksi Batik Mahkota Taufan Wicaksono, turut menceritakan sejarah panjang terciptanya Batik Toeli.

Menurut Taufan, pencetus terciptanya Batik Toeli Laweyan berawal dari diskusi dirinya, sang ayah dan satu di antara kawan tuli, Dyan Primadyka di tahun 2019 lalu.

Ide tercetusnya Batik Toeli berawal dari unek-unek Dyan mengenai keinginannya membuat terobosan variasi batik yang berbeda dengan melibatkan teman-teman disabilitas tuli.

Dyan  ingin mengajak rekan-rekan yang memiliki keterbatasan sama dengannya untuk bisa turut serta seperti dirinya terjun langsung membatik guna membantu memenuhi kebutuhan mereka.

"Ketika itu kalau tidak salah tahun 2019, kami berdiskusi tiga orang, lalu kita dirikan Batik Toeli Laweyan, toeli kita sematkan di sana untuk branding keterbatasan tidak halangi teman-teman berkarya. Dan kebetulan kita juga bisa memberdayakan teman-teman toeli jadi kita sematkan nama toeli disana, jadi masyarakat kalau mau meniru kami persilakan, karena tujuan kami hanya ingin mengawali saja ingin menginspirasi saja."

"Saat itu, tercetusnya nama toeli juga berawal dari unek-unek mas Dyan yang ingin coba buat batik dengan versi berbeda, dengan menggandeng teman-teman disabilitas tuli. Karena dulu itu teman-teman mas dian banyak yang ingin tahu batik seperti apa, ingin belajar batik dan usaha batik seperti apa," jelas Taufan kepada TribunWow.com, Selasa (25/6/2024).

Setelah sepakat untuk mendirikan Batik Toeli, Dyan merekomendasikan dua rekan tuli lainnya yakni Angga dan Munir.

Angga dan Munir direkomendasikan Dyan karena saat itu keduanya belum lama harus kehilangan pekerjaannya.

Dan kebetulannya, pekerjaan Angga dan Munir sebelumnya memang berkecimpung di dunia konveksi.

"Mas dian merekomendasikan mas angga dan mas munir untuk direkrut. Kalau kami lihat dari pengalamannya itu ada korelasi dengan batik, korelasinya itu kan sama-sama dalam hal pengerjaannya, menjahit kan harus punya kesabaran, begitu pun batik juga begitu dan kebetulan juga pas keadaan itu mereka belum lama kehilangan pekerjaanya karena imbas adanya Covid-19," ungkap Taufan.

Lebih lanjut, Taufan juga membeberkan tentang metode pendekatannya kepada kawan-kawan tuli yang bekerja dengannya di Batik Mahkota dan Toeli.

Taufan menceritakan, pada mulanya, ia mempelajari cara berkomunikasi mereka dan juga mengenali kepribadiannya masing-masing.

"Yang penting kita dekat dulu saja, bagaimana kita berkomunikasi, jadi kita jangan sampai langsung mengejudge mereka apa-apa gak bisa dan gak tahu, pertama kita pendekatan dulu, ajak komunikasi itu ulangi terus ajak kerjasama memang harus tahu seluk beluk mereka dulu teknik komunikasinya gimana, kepribadiannya gimana," bebernya.

Setelah mulai akrab, Taufan secara perlahan memberikan job pertama yang saat itu ia mulai dari hobi yang mereka bisa sebelumnya.

Saat itu, kawan-kawan tuli memanfaatkan kain bekas untuk dijadikan tas dan masker.

Terobosan yang dilakukan Taufan terbukti berhasil.

Kawan-kawan Dyan tersebut perlahan tapi pasti mulai penasaran dengan bagaimana cara membuat batik.

"Setelah kami ketahui, kami berikan job, job yang pertama sesuai dengan hobinya mereka, pertama kita beri tugas hobinya mereka memanfaatkan kain-kain bekas yang ada supaya mereka olah menjadi tas dan masker, itu pendekatan awal."

"Dengan adanya itu kan, mereka dengan kami kan jadi kerjanya nyaman, mereka merasa dianggap, dengan usaha mereka, mereka juga dapat komisi, lama kelamaan kan jadi nyaman dengan kami, kami juga harus bisa menyesuaikan," jelas pria berusia 30 tahun tersebut.

Berkat metode pendekatan Taufan, kawan-kawan Tuli saat ini sudah menemukan passion nya di batik.

Dalam waktu seminggu, kawan-kawan tuli mampu menyelesaikan 2 sampai 4 kain dalam sistem kerja sama seperti orang biasa per harinya yakni 8 jam kerja.

"Sistem kerjanya sama 8 jam kerja selayaknya orang biasa. Hitungannya per minggu 2 sampai 4 kain, karena pengerjaan satu kain kan sudah lama. Mereka sudah mendapatkan passionnya tadi, kami sudah merekrut mereka, mereka lama di sini sangat nyaman, ibaratnya kita dan mereka sangat dekat, menjalin hubungan erat seperti keluarga sendiri, gak kayak dulu di konveksi padat karya karena kan biasanya acuh tak acuh

Terkini, Batik Mahkota dan Toeli total memberikan kesempatan kerja bagi 15 orang baik yang bertanggung jawab pada design, marketing, hingga produksi.

Tak sekedar itu, satu di antara kawan tuli, Dyan Primadyka, juga kerap mengisi pendampingan maupun pelatihan bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

"Job kerja 2 tempat disana toeli dan mahkota kalau ada kunjungan pelatihan batik saya juga ajarin bantu anak-anak dan dewasa juga ada temanku bule dari Jerman," jelas Dyan kepada TribunWow.com, Selasa (25/6/2024).

Meski memiliki keterbatasan, para wisatawan yang mengunjungi Batik Toeli dan Mahkota mengaku tak mempermasalahkan kondisi Dyan.

Para wisatawan justru merasa dibuat nyaman akan keramahan Dyan saat melakukan pelatihan.

"Orang yang sedang melakukan kunjungan pelatihan batik biasanya bertanya kepada saya yang disabilitas tuli, bukan merasa tidak nyaman, mereka justru malah merasa bahagia karena keramahan saya membantu pelatihan membatik meski saya tuli," jelasnya.

Senada dengan Dyan, Manajer Produksi Batik Mahkota sekaligus founder Batik Toeli, Taufan Wicaksono, turut membeberkan respon para wisatawan mengenai kinerja para kawan tuli.

"Responnya sangat respek, kagum juga, mereka itu memiliki keterbatasan tapi bisa membuat dan memproduksi batik sendiri di mana batik sudah jadi warisan budaya kita, mereka yang belajar batik itu minimal 1 tahun baru bisa, di lihat dari teknik kerapiannya, alur dari goresan, itu kalau tidak sering membatik keliatan besar kecilnya untuk batik tulis, itu kan gak sebentar," pungkas Taufan.

Sosok Dyan Primadyka, pembatik Batik Toeli Laweyan Solo saat melakukan proses pewarnaan pada pola gambar batik kontemporer, Selasa (25/6/2024). (HO TribunWow.com)

Kolaborasi Batik Toeli dan JNE Jaga Eksistensi Cagar Budaya Nusantara

Bicara pemasaran produknya, Batik Mahkota dan Toeli hingga saat ini masih intens menggunakan jasa PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sebagai mitra bisnis mereka dalam hal pengiriman barang.

Menurut Taufan, JNE menjadi salah satu ekspedisi yang mudah di akses, tepat waktu, mudah ditracking dan tidak rumit saat melakukan proses transaksi jasa pengiriman.

Hal itu dapat dilihat dari ulasan para pelanggan Batik Mahkota maupun Toeli yang semuanya merasa puas dengan proses pengiriman yang dilakukan oleh JNE.

"Kami untuk ekspedisi pengiriman JNE jadi salah satu opsi jadi tempat pengiriman yang biasa kami gunakan untuk mengirimkan produk kami, sebelumnya melewati proses transkasi jual beli di market place, sejauh ini memuaskan."

"Dalam artian, kita buat sistem pengirimannya JNE, lalu JNE untuk pengirimannya tidak belibet mudah di akses dan tepat waktu, itu dapat kami lihat dari ulasan yang terkirim ke kami dari para pelanggan kebanyakan ontime, tracking juga mempermudah," ujarnya.

Bahkan bisa dikatakan, JNE telah menemani Batik Mahkota dan Toeli medistribusikan produk batiknya ke seluruh Indonesia.

Di mana beberapa di antaranya yakni Bandung, Semarang, Jakarta, Banyuwangi dan Sulawesi.

"Yang pernah saya antar mulai dari Bandung, Semarang, Jakarta, mungkin paling jauh Banyuwangi, luar jawa ada Sulawesi menggunakan JNE, kalau lain mungkin ada yang sampai ke daerah-daerah lainnya," ungkapnya.

Senada dengan Taufan, bukti JNE sebagai mitra UMKM terbaik juga dapat diketahui dari penghargaan yang diterima langsung oleh SPV Marketing Group Head JNE, Eri Palgunadi dari ajang Obsession Media Group (OMG) di Aston Priority TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (7/3/2024) lalu.

Manajer Produksi Batik Mahkota dan Toeli, Taufan Wicaksono saat menunjukkan batik hasil karya kawan tuli di Batik Toeli Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (25/6/2024). (HO TribunWow.com)

“Penghargaan ini merupakan penghormatan dan pengakuan atas dedikasi JNE dalam membantu UMKM. Semoga Penghargaan ini menjadi dorongan bagi perusahaan untuk terus berkontribusi dalam memajukan sektor UMKM di Indonesia agar dapat terus bangkit dan berkembang maju,” ungkap Eri.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang logistik, JNE berperan penting dalam berjalannya ekosistem bisnis yang ada di Indonesia.

Bukti nyata peran penting itu dapat tergambarkan dari program "JNE Ngajak Online" yang sudah dirintis sejak 2017 silam.

Bahkan sudah diselenggarakan di 183 kota di Indonesia dengan melibatkan kurang lebih 40 ribu pelaku UMKM yang terlibat.

Selain itu, JNE juga berinisiatif untuk membantu membangkitkan kembali para pelaku UMKM yang terimbas badai pandemi Covid-19 melalui pelatihan dan konsultasi bisnis serta bantuan pemasaran serta proses pengiriman.

Tak hanya itu, JNE juga memberikan dukungan dalam hal pelayanan pengiriman logistik yang berkelanjutan.

(TribunWow.com/Adi Manggala S)

#JNE 
#ConnectingHappiness 
#JNE33Tahun 
#JNEContentCompetition2024 
#GasssTerusSemangatKreativitasnya